Kemarahan dan keputusasaan Drake itulah yang mengantarnya untuk melawan Life Foundation dan mempertemukannya dengan simbiot bernama Venom.
Baca Juga : Spider-Man: Into the Spider-Verse Rilis Trailer Terbaru, Banyak Spider-People!
Kurang Ngeri, Malah Banyak Lucunya
Sebelum nonton, Hai mengira kalau film balak bernuansa dark dan tegang. Apalagi, Tom Hardy kan sebelumnya main film-film Nolan kayak Dunkirk dan The Dark Knight Rises. Tapi yang terjadi sebaliknya. Film cenderung kocak. Rating PG-13 jadi sia-sia, tuh.
Eddie Brock digambarkan sebagai sosok jurnalis yang asik, selengean, dan humoris. Venom yang kita anggap ngeri dan galak pun ternyata chill abis. Dialog antar Venom dan Eddie bener-bener klop.
Jargon "We Are Venom" yang beberapa kali disebut Eddie dan simbiotnya pun terasa pas. Di beberapa adegan, Venom terlihat seperti peliharaan yang manja (minta makan mulu) dan sahabat yang asik. Simbiosis keduanya pun, "Mashoook pak eko".
Beberapa kelucuan Venom-Eddie muncul pas Eddie dateng nyari Anne yang lagi makan bareng pacar barunya di suatu restoran. Venom yang laper melulu, ngegerakin Eddie buat bikin kekacauan di restoran buat nyari makanan. Dan akhirnya Eddie malah nyebur ke akuarium dan makan lobster hidup yang ada di situ.
Banyak bolongnya
Tapi, di balik sisi menghibur dan menyenangkan yang dikasih sama Venom, ada banyak banget kekurangan yang HAI liat. Salah satunya adalah dari segi ceritanya. HAI ngerasa, cerita origin yang coba dibangun sama sutradara Ruben Fleischer dan penulis naskah Jeff Pinkner, Scott Rosenberg dan Kelly Marcel jadi ngebosenin banget dan banyak bolongnya.
Selama nonton, banyak adegan yang bikin heran. Cerita asal mula simbiot pun nggak diceritakan dengan jelas. Bahkan, nggak diceritain tuh simbiot dateng dari planet apa. Saat nonton, coba deh perhatikan karakter nenek dan anak kecil di Bandara. Hai, sih, nggak nemu tuh alasan kenapa sosok itu penting.