Jadi, pada awalnya DotA 2 sempat masuk ke cabang eSport di SMA 1 PSKD ini. Namun karena sepi peminat, akhirnya ditutuplah cabang DotA 2. Nah, akhirnya, ada beberapa orang yang mau bermain DotA 2 lagi tapi sayangnya masih kekurangan orang untuk menjadi sebuah tim.
Untuk mengisi kekosongan tim ini lah, SMA 1 PSKD langsung menyuruh teman-teman dari pemain DotA 2 ini untuk bergabung dan diberikan beasiswa untuk sekolah di sana. Keren banget nggak tuh? Cuma modal tes bermainrankedaja, kamu bisa mendapat beasiswa!
KepSek-nya santai abis!
Seperti yang HAI sudah bahas tadi, Kak Jo atau Yohannes P. Siagian ini nggak mau dipanggil "Pak", justru ia lebih suka jika dipanggil "Kak Jo". Selain nggak mau dipanggil pak, Kak Jo juga nggak mau loh kalau murid-murid salim dengan dia.
"Saya nggak suka, karena kalau harus salim. Dalam satu hari, berapa ratus kali kaya harus disalimin? Ratusan kali. Pegel" kata Kak Jo dengan santai.
Uniknya lagi nih. Kalau biasanya KepSek pada umumnya melarang anak muridnya untuk bermain games di sekolah. Ia justru kerap kali ngajakin one by one dengan muridnya, loh. Contohnya kayak ini nih.
Dengan santainya, Kak Jo ngajakinone by onedengan salah satu pemain tim Overwatch SMA 1 PSKD, Timo. Dan tanpa disangka-sangka, ternyata si bapak KepSek ini jago banget main Overwatchnya! Berani ajakby onenggak nih?
Sedikit murid, banyak perhatian
Mungkin bukan hal yang baru untuk kalangan sekolah swasta, tapi ini cukup unik sih untuk kamu yang bersekolah di sekolah negeri. Menurut seorang siswi yang HAI tanya-tanya kita ada di kantin SMA 1 PSKD, ternyata hanya ada 50 murid di angkatannya dan satu kelas diisi paling banyak 11 orang.
Dengan sedikitnya murid dalam kelas inilah yang membuat perhatian kepada setiap muridnya jadi lebih banyak. Hal ini terbukti benarnya saat HAI diajak jalan-jalan oleh Kak Jo, ia dengan santainya menyapa semua nama-nama murid yang kita lewati. Nggak hanya menyapa, Kak Jo pun bahkan hapal murid itu ada di kelas apa atau sedang ada kegiatan apa. Kepala sekolahnya aja segitu perhatiannya dengan murid-muridnya, apalagi guru-guru kelasnya?