HAI-ONLINE.COM - Pernahkah kamu berpikir bahwa ada cara yang dapat menunjukkan secara pasti kapan seseorang akan meninggal dunia? Mungkin hal itu akan menakutkan atau bisa juga membuat kita mempersiapkan dengan baik sebelum ajal menjemput.
Hal inilah yang sedang dikembangkan oleh para peneliti dari Stanford University. Mereka mengembangkan artificial intelligence alias kecerdasan buatan untuk memprediksi kapan seorang pasien akan meninggal.
Cara ini disebut-sebut bisa memprediksi kapan seseorang akan meninggal dalam waktu tiga bulan hingga satu tahun. Hal ini bertujuan untuk membantu dokter dalam merekomendasikan perawatan paliatif (perawatan untuk pasien yang memasuki stadium akhir).
Para peneliti menyebut hal ini bukan bertujuan untuk meniru kisah seram dalam fiksi ilmiah, melainkan untuk membantu memperbaiki kehidupan para pasien.
Sebuah penelitian sebelumnya menyebut bahwa 80 persen orang Amerika ingin menghabiskan hari akhirnya di rumah mereka yang nyaman. Sayangnya, hanya 20 persen yang dapat melakukannya karena dokter nggak menawarkan prognosis (ramalan) yang akurat sehingga pasien sering kali telah menerima perawatan lanjutan di rumah sakit.
Cek deh: Tide Pod Challenge: Fenomena Viral Makan Deterjen yang Dilakukan Remaja, Banyak yang Keracunan!
"Terlalu sering, penyakit lanjut berubah jadi krisi medis, dan pasien berakhir di ICU," ungkap Ken Jung, co-author penelitian ini dikutip dari Newsweek, Sabtu (20/01/2018).
Jung juga menekankan bahwa perawatan paliatif lebih dari sekedar perawatan yang diterima saat seseorang sekarat karena harus melibatkan keingin pasien tersebut. Menurut The National Institute of Health, perawatan paliatif sendiri terjadi melalui rujukan dari tim perawatan primer pasien dan profesional yang bekerja di bidang ini seperti dokter, perawat, hingga ahli gizi.
"Tim perawatan lini pertama mungkin nggak selalu mengenali kebutuhan. Mereka sering fokus menangani keluhan akut yang membawa pasien ke rumah sakit atau mungkin terlalu optimis tentang prognosis pasien tertentu," kata Jung.
Karena hal itu pulalah, Jung dan timnya mengembangkan algoritma kecerdasan buatan yang mempelajari Electronic Health Record (EHR) dari sekitar 2 juta pasien yang dirawat di dua rumah sakit berbeda. Algoritma tersebut menetapkan prediksi kematian pasien dalam tiga hingga 12 bulan ke depan.
"Kami menunjukkan bahwa pengumpulan rutin data EHR dpaat digunakan untuk membuat sebuah sistem yang memprioritaskan pasien untuk melanjutkan perawatan paliatif," jelas para peneliti Stanford dikutip dari The Sun, Jumat (19/01/2018).
"Gagasan di balik penggunaan algoritma ini adalah... jadi spesialis perawatan paliatif dapat menghubungi pasien yang direkomendasilan oleh algoritma untuk evaluasi. Kemudian, tim akan meninjau riwayat kesehatan pasien tersebut dan menghubungi dokter mereka," ujar Jung.