Cerita ditulis oleh Rasyid Sidiq dan Qevin Auffar, mahasiswa asal Yogya, untuk HAI-Online.com
Jum’at, 12 Januari lalu, adalah hari ketiga gue berada di Hong Kong. Nggak ada kepentingan apapun kecuali emang merayakan libur kuliah. Kebetulan, gue nggak traveling sendirian, bareng satu temen baik gue namanya Qevin. Seminggu sebelum berangkat ke Hong Kong, Qevin emang paling getol nyari spot mana yang apik buat disinggahi untuk sekedar berfoto-foto ria.
Dari sekian list yang kita bikin, paling oke ada yang namanya Victoria Peak (Lo semua yang pernah ke Hong Kong pasti tahu tempat ini). Semacam puncak dengan ketinggan 552 m dimana lo bisa liat Hong Kong dari atas langit. Sayangnya, tempat itu udah mainstream alias pasaran banget buat turis, menurut kami berdua aja sih. Peace!
Akses kesananya pun sangat mudah, tinggal naik Peak Tram (sebangsa kereta funicular). Tapi ya, lo akan ngantri berjam-jam buat dapetin kereta itu. Walaupun sensasinya emang seru sih, katanya. Oke, kita skip pembahasan soal Victoria Peak dan Peak Tram ini!Nah, selain Victoria Peak yang menggugah selera, si Qevin ini akhirnya nemu “Peak” (baca: puncak tertinggi) lain yang lebih cihuy bin ajegile buat disamperin hasil dari penelusurannya tiga malam suntuk di berbagai blog dan channel YouTube.
Well, namanya Kowloon Peak dengan ketinggan 602m. Puncak ini lebih epic dari Victoria Peak menurut kami dan beberapa backpacker dunia yang pernah ke sini. Soalnya, masih jarang turis yang tahu dimana lokasinya. Aksesnya pun cukup sulit, nggak segampang kalau ke Victoria Peak. Kenapa? Lo bakal diharuskan hiking atau trekking kalau mau menaklukan tempat ini. Sebagai pelancong cupu nan belagu dan nggak hobi naik turun gunung, cukup bikin down kita berdua awalnya. Adu mulut pun iya. Maklum cuy, ini negeri orang, gue sendiri belum bikin asuransi, dan ya kalau ada apa-apa siapa coba yang bertanggung jawab? Kamu? Ah, lebay!
Sebenernya, hari itu kita nggak masukin jadwal Kowloon Peak buat dikunjungi. Dari pagi kita udah muter-muter ke Garden of Stars (Avenue of Stars) lanjut ke Choi Hung Estate. Semacam estate di Hong Kong yang nge-hits abis buat foto-foto instagramable. Btw, spot ini juga masih jarang turis yang tahu, lho! Maklum, selain dikelilingi banyak gunung dan lautan, Hong Kong juga surganya hunian bertingkat.
Kami pun lanjut ke Diamond Hill buat menyusuri Chi Lin Nunnery, Nan Lian Garden, dan UNIQLO Plaza Hollywood. Nah, kelar dari situ niatnya mau ke Tian Tan Buddha atau kalau nggak Disneyland. Ternyata cukup jauh cuy, alias kudu banyak ganti line stasiun MTR (bukan MRT ya!). Okelah, setelah melahap chicken curry dan chicken kimchi khas Seven Eleven Hong Kong seharga 23.90 HKD, akhirnya obrolan itu pun muncul.
Gue: “Gimana kalau langsung ke Kowloon Peak aja? Soalnya sejalur nih!”
Qevin: “Besok aja, jauh banget lho, kalau siap naiknya sih, nggak masalah!”
Gue: “Oke, siap nggak siap let’s go aja udah!!!”
Qevin: “Okelah, jangan loyo lho, masih jam 14.15 nih belum kesorean (sambil ngecek apple watchnya)”
Yap! Kami sepakat dan niat trekking bermodal celana jeans dan hoodie ala kadarnya ke tempat yang cukup asing nan tinggi, Kowloon Peak. Nggak lupa, beli bekal air mineral dulu biar nggak mati kehausan di jalan. Sesuai informasi yang kita dapat sebelumnya, untuk ke tempat ini kita harus balik lagi ke Choi Hung dari Diamond Hill. Turun di stasiun MTR Choi Hung, langsung nyari mini bus nomor 1A dengan tujuan Sai Kung. Tapi, yang musti diinget, tujuan kita bukan Sai Kung ya, kita harus maksa berhenti di Fei Ngo Shan. Si Qevin udah siapin foto batu nisan bertuliskan Fei Ngo Shan tuh, buat ditunjukkin ke supirnya biar paham kalau kita turunnya disitu. Disinilah banyak drama terjadi! Jeng…jeng!