Follow Us

Lucunya Panda Ternyata Bisa Juga Diteliti dengan Sains, Ini Hasil Penelitiannya

Alvin Bahar - Selasa, 16 Januari 2018 | 05:00
Panda
Alvin Bahar

Panda

HAI-ONLINE.COM - Nggak ada yang akan meragukan kelucuan seekor panda. Oleh karena itu, nggak heran bila berbagai negara berlomba-lomba mendapatkan pengetahuan dan kehormatan untuk mengembangbiakkan hewan yang terancam punah ini di luar habitatnya atau eksitu.

Hingga kini, terdapat 16 negara yang mendapatkan izin dari pemerintah China untuk memelajari konservasi panda. Indonesia jadi negara terakhir yang kedatangan dua panda raksasa (Ailuropoda melanoleuca) bernama Cai Tao (jantan) dan Hu Chun (betina). Kedua pasangan panda itu tiba di Terminal Kargo Bandara Soekarno-Hatta pada Kamis (28/9/2917).

Mengenai keimutan panda, penulis Smithsonian.com Abigail Tucker mengatakan, para ilmuwan saraf menduga bahwa ketertarikan manusia terhadap panda terlenggak pada anatomi tubuh mamalia besar itu.

Cek deh: Mau Melihat Panda di Taman Safari? Ini 5 Hal Yang Perlu Kamu Ketahui Dulu

Pipinya yang tembam dan gaya berjalannya yang unik karena kakinya yang pendek, dapat merangsang sirkuit otak manusia. Khususnya, bagian otak yang bekerja saat terjadi interaksi dengan bayi.

Bayi memiliki mata yang seolah terlihat lebih besar dari manusia dewasa. Hal itu juga terjadi pada panda. Dengan tanda hitam yang melingkar, mata panda tampak lebih besar hingga sepuluh kali lipat. Padahal, “masker wajah” tersebut berfungsi untuk mengusir predator.

Panda juga jadi satu-satunya hewan yang punya jempol semu. Tulang pergelangan tangannya yang fleksibel memungkinkan pemakan bambu ini memanipulasi objek. Ia juga mampu berdiri dengan kaki belakang dan suka bermain di salju sehingga tampak semakin lucu.

Namun, persebaran panda ke berbagai belahan dunia nggak melulu soal konservasi. Penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan dari University of Oxford pada Environmental Practice menyebutkan bahwa ada peran diplomasi politik Duta Besar China ke negara tujuannya.

"Apa yang dilihat negara lain adalah makhluk imut dan suka diemong ini, tapi ada banyak hal yang terjadi di balik layar," kata Kathleen Buckingham, penulis utama penelitian tersebut.

"Dari perspektif China, berbagi pemeliharaan hewan berharga semacam itu memperkuat ikatan yang dimiliki China dengan 'lingkaran dalam' berbagai negara," ujarnya.

Dalam makalahnya, Buckingham menjelaskan, panda jadi pembuka hubungan China dengan negara lain. Sebagai contoh adalah ketika Mao Zedong memberikan panda kepada Uni Soviet pada 1965. Hadiah serupa juga diberikan kepada Amerika Serikat pada tahun 1972.

Hingga pada tahun 1984, China mulai menerapkan tarif bagi negara yang mau merawat panda. Per bulan, negara yang telah menyatakan kesiapannya harus membayar 50.000 dolar Amerika. Biaya ini kini meroket jadi 500.000 dolar Amerika (sekitar 6,7 miliar) per tahun.

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest