Berbeda dengan Momod yang notabene desa yang penuh dengan petani, desa yang Jarwo sambangi ini merupakan desa pariwisata. Jadi, ia dan rekan-rekan membantu membuat tempat wisata alam di desa tersebut menjadi lebih maksimal dengan memberikan penyuluhan seputar cara menjaga alam, memaksimalkan promosi, dan lain sebagainya.
“Gue akuin, desa tempat gue KKN itu keren banget, wisata alamnya juara. Bahkan, desa Sembalun ini letaknya nggak jauh dari gunung Rinjani, gunung tertinggi ketiga di Indonesia. Sayangnya, masyarakat lokal kurang paham cara memaksimalkan keindahan alam mereka,” papar Jarwo.
Setali tiga uang dengan Momod, Jarwo dan kawan-kawan juga diterima dengan sangat baik di desa tersebut. Ia sama sekali nggak merasa dikucilkan oleh warga lokal, malah disambut dengan hangat. “Asik banget, warga menerima kehadiran gue dan temen-temen KKN di desa mereka, welcome banget. Jadi, nggak perlu makan waktu lama untuk adaptasi,” ujarnya.
Udah gitu, masyarakat setempat pun cepat menyerap ilmu yang Jarwo, tim KKN, dan juga dosen penanggungjawabnya perihal ilmu kepariwisataan. Jadi, proses yang dilakukan relatif cepat.
Berbaur dengan warga sekitar
Tugas utama Momod dan Jarwo selama KKN emang menjalankan proyek dari kampus. Tapi, bukan berarti hubungan mereka dengan masyarakat sebatas itu aja. Di luar tugas yang harus dikerjakan, mereka juga berbaur dengan warga sekitar agar lebih dekat dan akrab, supaya nggak hanya jadi tamu di desa tersebut.
“Ada kalanya gue dan temen-temen KKN ikut gabung dengan kegiatan harian masyarakat selain bertani. Kadang mereka mengadakan kumpul-kumpul, terus masak-masak, dan lainnya. Seru banget, rasanya kayak jadi masyarakat asli desa situ hehe,” ujar Momod.
Selain ikut kegiatan masyarakat, nggak jarang juga mereka mengisi waktu luang dengan mengajar anak-anak desa tersebut pelajaran ringan, seperti bahasa Inggris, matematika, dan olahraga. “Anak-anak di desa pasti antusias sama pendatang. Makanya, nggak jarang mereka bertamu ke rumah tempat kita tinggal sekadar untuk main-main. Tapi, dibanding main doang, gue dan kawan-kawan memilih untuk mengajarkan mereka pelajaran-pelajaran ringan. Mereka pun suka dengan apa yang kita ajarin,” tutur Jarwo.
Nggak cuma mengajar, Jarwo dan Momod pun juga dapat pelajaran seru dari anak-anak di desa mereka, yaitu mengenal bahasa daerah setempat. “Gue yang notabene bukan warga asli sana pastinya tertarik buat mempelajari bahasa daerah sana. Yaa, at least, bisa sedikit-sedikit aja lumayan buat komunikasi sama warga sana,” cetus Momod.
Kalau Jarwo, punya cerita seru saat ia dan teman seperjuangan KKN-nya diajak jalan-jalan oleh warga sekitar ke gunung Rinjani. “Kalo nggak gara-gara KKN, mungkin gue cuma tau gunung Rinjani dari tv dan internet. Pengalaman yang seru banget naik gunung bareng masyarakat sekitar,” ungkapnya antusias.
Selalu Menyisakan Cerita
Kurang lebih 30 hari tinggal bersama di satu rumah, membuat kedekatan antar mahasiswa semakin nggak berjarak. Yang tadinya canggung satu sama lain, kini semua merasa kayak udah berteman lama. Eits, nggak sedikit pula yang akhirnya cinlok karena intens banget ketemu dan interaksi saat KKN.