HAI-online.com - Siapa nih di sini yang udah tahu apa itu Industry 4.0? Jadi, Industry 4.0 atau revolusi industri yang keempat adalah sebuah revolusi teknologi yang menekankan pada konsepInternet of Things untuk mencari langkah-langkah efisiensi dan optimalisasi proses produksi agar mencapai output yang maksimal.
Nah, pada Indonesian Youh Conference (IYC) 2017 terdapat sesi yang bertemakan teknologi lho. Penasaran? Langsung cek aja ya!
Perjalanan Industry 1.0 – 4.0
Banyak yang mengatakan bahwa Industry 1.0 ditandai dengan adanya penemuan mesin uap di abad ke-18. Penemuan ini menghasilkan cara produksi yang lebih efisien dan efektif. Untuk Industry 2.0 ditandai dengan adanya pengorganisasian kerja yang lebih ditopang pembagian unit kerja (division of labor) didukung dengan hadirnya sumber energi kelistrikan di abad ke-19. Kemudian, Industry 3.0 ditandai dengan adanya kemajuan dunia di bidang elektronik dan teknologi informasi (TI).
Lalu, bagaimana dengan Industry 4.0? Industry 4.0 memfokuskan pada kolaborasi proses manufaktur dengan dunia digital. Contoh yang paling simple adalah berkembangnya transportasi online. Nah, inilah yang menjadi bukti bahwa teknologi terus berkembang dan berinovasi yang kemudian saat ini sudah mencapai Industry 4.0.
Perkembangan Teknologi di Indonesia
Menurut Gerryadi Agusta (Pegiat Cimahi Creative Association, Founder KAABA Aps, dan Animator) perkembangan teknologi di Indonesia sendiri belum merata. Contohnya, daerah JABODETABEK tentu dengan sangat mudahnya dapat mengakses internet. Namun, berbeda jika tinggal di daerah terpencil, teknologi atau internet menjadi sebuah hal yang “mahal.’’
“Menurut saya, dalam menghadapi perkembangan teknologi di Indonesia, generasi muda masih saja senang atau suka dengan segala sesuatu hal yang instan untuk mencapai sebuah tujuannya. Contohnya, mereka membuat suatu karya atau inovasi tetapi ingin mendapatkannya dengan mudah (tidak melakukan research seperti ingin membuat inovasi seperti apa, untuk apa dan siapa yang menggunakannya). Padahal, dalam suatu perjalanan membuat inovasi, pasti akan menemukan beberapa masalah. Nah, jika mereka memillih yang instan, ketika menemukan masalah maka mereka pun nggak dapat menyelesaikannya,” ujar Gerryadi kepada HAI dalam sesi “Teknologi,” Indonesian Youth Conference (IYC) 2017, Cilandak Town Square, Jakarta, Sabtu (16/12/2017).
Nah, kalau menurut Prasetyo Andy Wicaksono (Code For Indonesia), perkembangan teknologi di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara lainnya. Generasi muda inilah yang harus “melek” terhadap perkembangan teknologi di Indonesia. Hal ini berguna agar para generasi muda dapat menggunakan teknologi tidak hanya untuk dirinya sendiri, melainkan juga memberikan manfaat untuk orang banyak.
“Jika kita sudah tau bahwa perkembangan teknologi kita tertinggal, maka kita pun harus bergerak untuk mengejarnya, bukan malah diem aja,” ujarnya.
Prasetyo juga menambahkan bahwa sebenarnya masyarakat Indonesia itu cepat beradaptasi terhadap suatu teknologi yang sedang booming di Indonesia lho (meskipun di Negara lain sudah booming lebih awal sih). Contohnya, ketika lagi booming handphone Blackberry atau iPhone, pasti semua orang berbondong-bondong ingin membelinya. Padahal ia tidak mengetahui alasan apa yang mendasari untuk membeli handphone tersebut serta manfaat apa yang di dapat dengan menggunakan teknologi tersebut.
Kalau udah seperti itu kan sayang banget jika hanya ingin terlihat “keren” setelah menggunakan teknologi. Jadi, generasi muda harus lebih kritis lagi terhadap perkembangan teknologi di Indpnesia.
Melihat Sebuah Masalah Jangan Anggap Sebagai Hambatan
Seiring dengan perkembangan teknologi, tentu ada plus dan minus yang akan dihadapi. Nah, ketika melihat sebuah masalah itulah jangan diaangap sebagai beban atau hambatan. Justru sebaliknya, anggaplah sebagai keuntungan dari masalah atau hambatan itu sendiri.
Contoh masalah yang terjadi saat teknologi berkembang adalah ketika transportasi online mulai menjamur di Indonesia. Pasti banyak dong pengemudi transportasi konvensional yang nggak suka?
Nah, ketika kita melihat masalah ini sebagai sebuah keuntungan maka langkah yang dapat dilakukan adalah mengajak para pengemudi transportasi konvensional untuk ikut bergabung menjadi pengemudi transportasi online. Tentu saja, masing-masing pihak pun akan merasakan juga “keuntungan itu. Jika pengemudi transportasi konvensional tetap yakin pada pendiriannya (tidak mencoba online), maka yakinlah bahwa suatu saat nanti akan ada teknologi baru lainnya yang akan membantu mereka dengan inovasi dari orang-orang hebat selanjutnya.
(Penulis : Kalika Diah P.M)