Follow Us

Wajar Nggak Sih Kalo Kita Cinta Sama Dua Orang Sekaligus?

Alvin Bahar - Kamis, 23 November 2017 | 05:15
(ilustrasi) pasangan selingkuh
Alvin Bahar

(ilustrasi) pasangan selingkuh

HAI-ONLINE.COM - Nggak ada yang lebih membahagiakan daripada jatuh cinta. Hanya membayangkan hendak bertemu kekasih bisa begitu mendebarkan. Namun apa jadinya kalo kamu bertemu dengan seseorang yang baru, yang juga membuat jatuh hati? Apakah wajar mencintai dua orang sekaligus?

Kita sering menganggap bahwa rasa ketertarikan pada orang lain akan lenyap begitu kita memiliki pacar. Nyatanya ketertarikan merupakan insting alami manusia yang akan tetap ada. Ini karena ketika kita melihat orang lain, otak akan mulai memproses informasi visual yang kita lihat dan membuat penilaian instan berdasarkan daya tarik seseorang.

Insting ini didasari oleh dorongan bawah sadar otak warisan manusia zaman purba yang menilai seks sebagai kegiatan biologis murni untuk berkembang biak, guna memastikan spesies kita bertahan hidup.

Cek deh: 3 Kesalahan Fatal yang Dilakukan Oleh Orang Pacaran

Itu sebabnya banyak pakar yang mengatakan bahwa mencintai dua orang atau lebih bukannya nggak mungkin. Ramani Durvasula, Ph.D., seeorang profesor psikologi asal UCLA bahkan mengumpamakan cinta segitiga sama halnya dengan es krim.

Es krim rasa cokelat dan stroberi rasanya berbeda, namun sama-sama enak. Tambah lebih nikmat kalo bisa dipadukan sekaligus, seperti rasa es krim Neapolitan. Tapi tentu urusan cinta nggak semudah memilih rasa es krim, bukan?

Menurut Durvasula, manusia merupakan makhluk yang rumit dari segi perasaan. Seseorang bisa mendapatkan kepuasan batin dengan menjalin hubungan dengan orang-orang yang cerdas dan berwawasan terbuka, misalnya. Namun di sisi lain, ia juga mendapatkan kepuasan ketika bergaul dengan orang-orang yang humoris dan penuh kejutan.

Ketertarikan pada orang lain seperti ini adalah sifat yang wajar, dan alamiah. Jadi sangat mungkin seseorang mencintai dua orang dengan sifat yang berbeda di waktu yang bersamaan. Ini karena karakteristik, kepribadian, dan bahkan mungkin ciri fisik antar dua orang tersebut bisa saling melengkapi apa yang dibutuhkan dalam suatu hubungan asmara yang ideal.

Saat jatuh cinta, kita di bawah pengaruh permainan hormon yang membuat kita mengalami roller coaster emosi. Dilansir dari Psychology Today, tim peneliti dari University of Pisa menemukan bahwa pada tahap awal dari hubungan romantis, aktivitas hormon adrenalin, dopamine, oksitosin, norepineprine, dan phenylethylamine (PEA — amfetamin alami yang juga terdapat dalam cokelat dan ganja) bercampur aduk dan meningkat ketika muncul rasa saling ketertarikan antara dua insan, atau lebih.

PEA jugalah yang berperan memunculkan hasrat yang sangat mendalam untuk bersatu dengan kekasih.

Uniknya, selama fase euforia, efek relaksasi yang didapatkan dari hormon “mood baik” serotonin akan menurun dan tergantikan dengan obsesi terhadap hubungan. Sehingga bukannya nggak mungkin kita jadi terus-terusan mengingat kenangan romantis bersamanya. Peningkatan hormon ini sepenuhnya merupakan hal yang alami.

Mendua

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest