Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Bikin Terharu! Ini Dia Fakta Dibalik Foto Paskibra di Lapangan Penuh Lumpur

Dok Grid - Jumat, 18 Agustus 2017 | 08:10
Fakta Dibaliknya Bikin Kaget!
Hai Online

Fakta Dibaliknya Bikin Kaget!

Udah liat foto di atas yang tengah viral sejak kemarin? Nah, ini dia kisah dibalik foto aksi Paskibra di tanah berlumpur yang tersebar di media sosial.

Seperti yang HAI kutip dari Kompas.com, suasana haru yang juga diselingi tangis hadir dari Pasukan Pengibar Bendera ( Paskibra) Kecamatan Sebulu, Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur (Kaltim), usai melaksanakan tugas pengibaran bendera Merah Putih pada Upacara Dirgahayu Indonesia ke 72, Kamis (17/8) kemarin.

Sebanyak 31 pelajar SMA/SMK Sebulu itu berhasil menyelesaikan tugas mengibarkan Bendera Merah Putih di Lapangan Kuning, Kukar, dalam kondisi hujan deras dan lapangan yang berlumpur.

Foto-foto mereka kemudian viral di akun Facebook Bubuhan Samarinda dan @infokukar. Pasalnya hujan nggak menyurutkan semangat nasionalis untuk tetap melaksanakan tugas.

Pembawa baki bendera, Alya Mujidah (15), bercerita, proses pengibaran bendera tersebut berlangsung lancar. Meski lapangan upacara sudah becek dan berlumpur, namun petugas upacara tetap melaksanakan kegiatan upacara dengan sempurna.

“Mulai pagi sudah hujan, sementara upacara dimulai pukul 08.00 Wita. Kondisi di lapangan memang sudah becek, tetapi tanggung jawab kami harus tetap selesai. Kami upacara di lapangan utama Kecamatan Sebulu yaitu Lapangan Kuning,” kata Alya kepada Kompas.com, Jumat (18/8).

Lapangan Kuning merupakan lapangan sepak bola yang berpusat di Desa Sebulu, Kecamatan Sebulu. Di kecamatan tersebut terdapat dua lapangan sepak bola, namun Lapangan Kuning merupakan lapangan utama dan selalu menjadi lapangan upacara 17 Agustus.

Kecamatan Sebulu merupakan kecamatan di Pedalaman Kutai Kartanegara. Untuk sampai ke sana, diperlukan waktu 2 jam perjalanan dari Ibukota Provinsi Kaltim, Samarinda.

“Lapangan ada dua, tapi Lapangan Kuning adalah pusatnya. Setiap tahun selalu di situ, dan bendera diserahkan oleh Bapak camat sebulu. Kami warga sebulu selalu merayakan upacara sendiri, jadi anak-anak Sebulu ada yang menjadi paskibra Sebulu ada pula yang terpilih menjadi Paskibra di Tenggarong Ibukota Kukar,” ujarnya.

Pada saat melakukan gerak jalan, lanjut dia, nggak ada perasaan khawatir sama sekali. Meski kondisi jalanan sudah berlumpur, namun langkah gerak jalan nggak terasa berat. 31 orang pembawa bendera itu tetap melangkah tegak dan nggak ada yang merasa lelah atau masuk angin.

Sepatu para petugas sudah dipenuhi lumpur, seragam Paskibra juga berlumpur. Namun formasi pengibar bendera nggak berkurang sama sekali.

“Kami sudah latihan selama 14 hari. Waktu latihan nggak ada jalanan yang becek karena nggak hujan. Nah, waktu hari H malah hujan, tapi kami nggak ada halangan sama sekali. Nggak ada yang sakit atau mengeluh. Hanya saja waktu gerak jalan, lumpurnya kemana-mana,” kata siswi SMAN 1 Sebulu itu.

Alya menyebutkan, semangat juang kemerdekaan RI membawa rasa nasionalisme yang kuat untuk semua peserta upacara. Tangis haru yang pecah bukan karena sedih dengan kondisi alam yang nggak bersahabat, melainkan tangisan kemenangan.

“Kami bangga bisa melaksanakan tugas dengan lancar. Hujan, gerimis atau becek berlumpur bukan halangan untuk kami mengibarkan bendera kebangsaan Indonesia dari pedalaman Kutai Kartanegara,” katanya.

Sementara itu, Camat Sebulu, Pak Mochfizar mengapresiasi semangat pasukan pengibar bendera. Dia mengaku bangga, lantaran semangat juang anak-anak Kecamatan sebulu nggak kalah dengan Paskibra di istana negara.

“Ini semangat NKRI, memang anak-anak sudah kita persiapkan dengan matang. Fokus pengibaran bendera ini merupakan tugas dan amana bela negara. Mereka menjalankannya dengan semangat nasionalis tanpa mempedulikan rintangan hujan dan becek,” katanya kepada Kompas.com.

Menurut dia, kondisi lapangan yang becek dan berlumpur adalah faktor alam yang tidak bisa dihindari. Lapangan Kuning sejatinya adalah lapangan sepak bola yang berumput. Namun di sisi luar dekat tiang bendera, tidak ditumbuhi rumput. Sehingga jika hujan, tanah liatnya akan berlumpur.

“Itu lapangan bola. Pasti ada rumputnya, tapi di sisi agak luar memang rumputnya tidak tumbuh, dan itu tanahnya liat. Tapi tidak apa-apa, momen pengibaran bendera kemarin sangat membanggakan,” pungkasnya bangga.

Source :Kompas.com

Editor : Hai





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular

x