Butuh enam tahun untuk band ini akhirnya merilis karya perdana mereka, sebuah album berjudul No Future. Yap, mereka adalah Rusa Militan, unit folk-rock asal Bandung.
Melalu surat elektronik, mereka mengirimkan sebuah rilis yang ditulis panjang ke HAI untuk menggambarkan situasi dan kondisi yang membuat album ini butuh waktu (sangat) lama dalam proses penggarapannya. Berikut kisah Rusa Militan dengan No Future.
Album yang dirilis secara mandiri ini, didalamnya menawarkan delapan aransemen musik yang menghadirkan perluasan bunyi yang lebih eksploratif dari folk-rock pada umumnya, yang mana dalam hal ini, memadupadankan ragam resapan unsur musikal dan mengemasnya dengan pendekatan yang jauh lebih futuristik.
Dengan kata lain, No Future adalah cerminan perubahan—evolusi—identitas band yang kini dinaungi oleh Mario Panji (vokal/gitar), Harry Marvelous (synth/microsamp), Ginar Raby (gitar/vocal) Goegah Gundara (bas/vokal) dan Narendradipa S. (drum/vokal) ke arah yang semakin resistan dengan konsep aransemen dan lirik yang kukuh.
No Future yang dimaknai sebagai “ketidakpedulian akan masa depan, baik dari segi musikalitas band, dan respon dari para pendengar nantinya: terlepas suka atau tidak suka” ini kemudian dijadikan sebagai tema album yang menjanjikan, akan banyaknya perubahan dalam segi musikal.
“Sebetulnya, kami menentukan nama album ini hingga berbulan-bulan, dan jujur sesungguhnya kami tidak bisa mempertanggung jawabkan filosofi dibalik nama-nya secara gamblang. Tapi satu hal, No Future adalah perubahan musikal Rusa Militan, sebuah perluasan bunyi yang lebih eksploratif. Awalnya, semuanya berangkat dari keresahan di tubuh internal kami. Singkatnya, kita sadar semua bunyi dalam jenis musik apapun pernah ditawarkan, tapi yang terpenting bagaimana mengolahnya ke era dimana kita memainkannya. Dulu secara tidak sadar, kami (juga) terjebak diwilayah-wilayah musik folk yang tipikal, dan Album No Future, adalah awal dari pencapaian (perubahan) yang diinginkan, sebuah album eksperimen dari banyak keresahan internal masa lampau,” terang Mario Panji.
Alhasil, jikalau pada karya-karya sebelumnya para pendengar dimanjakan oleh alunan-alunan sederhana dan terkesan serupa disepanjang lagu, pada album No Future pendengar akan dimanjakan dengan bunyi berupa letupan-letupan pada alur yang tidak biasa, perubahan pola yang drastis, fill-in yang tidak terduga serta ketukan-ketukan eksentrik ala musisi eksperimental, terdengar ganjil namun tetap dikadar yang pas nan elegan.
Belum lagi, dalam No Future, Rusa Militan juga ikut banyak melibatkan bunyi—elemen sound—yang belum pernah mereka selaraskan selama ini ke dalam sebuah komposisi, yang mana dalam praktiknya Rusa Militan memadukan eksperimentasi dengan banyak alat musik atau mengolah organologi suatu alat musik. Bunyi-bunyi yang terdengar, pun sukses melintasi kubahan warna bunyi yang khas, bersifat eksotis dan erotis.
“No Future sendiri adalah sesuatu yang natural—meski penuh eskperimen, sesuatu yang biasa saja, namun dibalik itu kami selalu ingin mencoba hal-hal yang baru. Pemikiran sederhananya, karena respon untuk hal-hal yang dianggap bagus, seseorang itu sudah pasti memilihnya, bukan? Tetapi ketika ada hal yang dianggap biasa-biasa saja dan ternyata menarik bagi banyak orang, itu adalah sesuatu hal yang baru, khususnya bagi kami, dan disitulah sisi menariknya. “
“Pun, ketika menjalankannya, kami juga tidak memiliki beban. Jadi (memang) sudut pandangnya kami balik, hal itu yang kemudian menjadi garis besar No Future secara menyeluruh, Ini juga yang kemudian menjadi cerminan atau antitesa bagi kami atas image yang sempat hinggap diwilayah internal Rusa Militan, bahwasanya musik yang ditawarkan hanya ada pada porsi berbagi suara semata. Diluar itu Album ini, pun sesungguhnya mengabarkan sesuatu yang serba low sambil berharap akan ada hal-hal yang jauh lebih melesat ke atas,” tambah Mario Panji.