Kalo ditanya kapan tepatnya Vans mulai ada di negara kita, jawaban pastinya adalah jauh sebelum brand ini buka original store-nya di Jakarta, 2013 lalu.
Tentunya masuk lewat jalur kolektor dan pebisnis yang membelinya dari luar negeri untuk kemudian dijual lagi di sini. Tahunnya pun masih sekitar 1990-an, dan penyebarannya masih di kalangan tertentu aja.
Pastinya, juga nggak jauh-jauh dari kehidupan permainan skateboard, atau kehidupan para pecinta musik independen.
Lantas, bagaimana sebenarnya kisah perjalanan Vans hingga bisa melebarkan sayap dan menyiarkan influence-nya ke dalam negara kita?
“Sebetulnya kalau tahun 1970-an atau 1980-an, gue nggak bisa banyak bicara lah ya. Karena gue nggak setua itu juga. Tapi kalo kita bicara tahun 1980-an akhir dan tahun 1990-an, gue bisa banget bicara. Itu zamannya gue, zamannya gue masih muda banget. Emang zamannya gue nyari sepatu Vans juga. Tahun-tahun segitu, yang make Vans hanya anak skate, anak band, anak BMX juga, dan anak-anak yang berkecimpung di scene musik independen,” jelas Claude Hutasoit, salah satu pentolan skate berusia 38 tahun, yang HAI ajak ngobrol beberapa saat lalu di salah satu arena permainan skateboard di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
Pria yang kemudian akrab disapa dengan panggilan Bang Claude ini kemudian menegaskan, kalau pengaruh skena musik punk, hardcore, serta indie, atau british music di Indonesia, sesungguhnya amat berdampak pada ‘invasi’ Vans ke Indonesia.
Baca Juga: 4 Cara Mudah Merawat Sepatu Vans Lo Biar Nggak Bau, Pake Barang Rumah Aja
Pasalnya, alas kaki yang digunakan oleh jagoan-jagoan di aliran musik tersebut nggak lain datang dari merek sepatu Vans. Maka selanjutnya, kita tentu nggak boleh heran kalau anak-anak Indonesia, yang mendengarkan dan menyaksikan penampilan dari band-band idolanya, jadi tertarik untuk mengikuti gaya sang musisi favorit, termasuk dengan gayanya mengenakan sepatu Vans.
“Sejauh yang gue inget, detil yang paling gue inget terakhir adalah, di salah satu video klip-nya Blur, Damon Albarn itu emang pake sepatu Vans Oldskool, kalo nggak salah itu di video klip Parklife. Nah, menurut gue, video klip itu yang membuat anak-anak sini, yang suka dengan indie, indie-indie British gitu, menggunakan Vans,” cerita Bang Claude dengan penuh semangat.
Berarti, masuknya Vans di Indonesia rasanya nggak bisa dilepaskan begitu saja dari roots-nya, yakni skena musik punk, hardcore, atau musik independen.
Karena kalau dikaitkan dengan contoh kasus Blur tadi, tentu skena musik tersebut jadi salah satu faktor yang turut ambil andil dalam menyebarkan ‘virus’ Vans ke Tanah Air.
Satu lagi jalur invasi brand ini di tanah air adalah dari budaya pop Jepang yang bisa dikonsumsi kawula muda lewat majalah-majalah impor.