Kalo belakangan ini susah tidur, jangan buru-buru ngambil kesimpulan kalo kamu insomnia.
Soalnya, perubahan iklim juga memengaruhi tidur lho.
Yap, belakangan ini penduduk dunia, nggak hanya di Indonesia, merasa terlalu gerah untuk tidur nyenyak.
Selain karena hadirnya musim kemarau seperti di Jakarta yang disertai dengan pembentukan awan, kegerahan ini ternyata juga disebabkan oleh perubahan iklim.
Melalui studi yang dipublikasikan dalam jurnal Science Advances, sekelompok peneliti dari Harvard dan University of California berkata bahwa temperatur yang terus meningkat akibat perubahan iklim membuat penduduk dunia jadi susah tidur.
Mereka menemukan hal ini setelah menganalisa survei yang dilakukan oleh Centers for Disease Control and Prevention dari tahun 2002 hingga 2011 kepada penduduk Amerika Serikat. Dalam survei tersebut, para responden mendapat pertanyaan “Selama 30 hari terakhir, berapa harikah Anda nggak dapat tidur nyenyak?”
Para peneliti kemudian menghubungkan jawaban mereka dengan tanggal survei dan kota yang mereka tinggali untuk menentukan jumlah malam hangat yang terjadi pada masa tersebut.
Seperti yang diduga, temperatur yang lebih hangat meningkatkan kemungkinan laporan kurang tidur dari responden.
Terutama bagi orang-orang berpendapatan rendah yang nggak memiliki pendingin ruangan dan lansia yang tubuhnya nggak bisa mengatur temperatur dengan baik, efek ini meningkat hingga 10 kali lipat.
Padahal, tanpa tidur yang cukup, otak nggak dapat bekerja dengan baik, otot nggak dapat memperbaiki dirinya sendiri, sistem imunitas tubuh menurun, dan risiko serangan jantung pun meningkat.
Seperti yang dikutip dari The Verge 26 Mei 2017, para peneliti mengatakan, kesehatan manusia menurun tanpa istirahat yang cukup.