Bahkan, tegas Ridwan, tarif data di luar negeri bisa sampai dengan 10 kali lipat lebih mahal dibanding operator di Indonesia.
Dengan kondisi ini, justru Ridwan menilai, operator saat ini masih lebih banyak melakukan subsidi silang dari layanan voice ke data.
Justru kalo hal itu diterapkan ke pengguna, akan nggak adil bagi masyarakat luas.
"Semua operator sekarang ini mensubsidi harga paket data dari revenue voice. Dari sisi kerakyatan ini sangat nggak adil, revenue voice kebanyakan berasal dari masyarakat menengah ke bawah, sementara pemakai data adalah masyarakat menengah ke atas," papar Ridwan.
"Perlu disadari saat ini tarif paket data retail kebanyakan masih di bawah ongkos produksi. Saat ini terbukti efek gunting itu, dimana trafik data melesat semakin tinggi, sementara pendapatan operator datar-data saja. Kelihatannya Telkomsel ingin mengurangi gap itu," jelasnya.