Kejadian nggak enak menimpa temen-temen kita di SMKN 2 Surabaya. Sejumlah 237 siswanya terpaksa mesti ikut ujian nasional berbasis komputer (UNBK) susulan gara-gara saat UN hari terakhir, Kamis (6/4) kemarin, ada masalah di program.
Soal-soal teori kejuruan jumlah soalnya nggak lengkap, dan beda-beda di tiap sekolah. Bahkan, ada tuh, yang jumlahnya cuma enam soal. Padahal, total soalnya ada 40. Masalah ini cuma terjadi di program kejuruan tertentu.
Menurut laporan harian Kompas, gangguan sistem ini terjadi pada sesi pertama dan ketiga. Akibatnya, soal yang keluar di sistem nggak lengkap. Bahkan, ada juga tuh soal yang muncul malah soal untuk jurusan lain. Gimana nggak bingung.
Nggak jauh beda, ratusan teman kita lainnya di SMK di Kabupaten Banyumas dan Purbalingga, Jawa Tengah juga mengalami kendala sistem saat soal disajikan.
“Di soal yang muncul hanya nomor atau juga hanya pilihan jawaban. Ada juga yang kosong sama sekali,” kata koordinator Proktor SMKN 1 Purwokerto Hanif Saeful, dilansir Kompas.
Begitu juga di SMK Yos Sudarso Sokaraja, Banyumas. Ada 16 siswa yang mesti ikut ujian susulan.
“Soal nggak lengkap terjadi di sesi dua. Saat ujian mata pelajaran teori kejuruan multimedia yang diikuti oleh 18 anak, hanya 2 anak yang mendapatkan soal yang lengkap. Sebanyak 16 anak mendapatkan soal nggak lengkap dan akan ikut ujian susulan,” kata Florentina Haswari, sekretaris panitia sekolah.
Tentu, kejadian ini bikin siswa kecewa berat. Evi Tri salah satunya, siswa jurusan Teknik Audio Visual SMKN 2 Salatiga ini merasa nggak adil karena sebagian temannya udah bisa lega karena UN selesai.
“teman-teman lain sudah plong, sedangkan saya belum tenang. Namun, saya nggak terlalu khawatir karena bukan saya saja yang seperti ini,” katanya.
Maundia dari SMKN 2 Surabaya malah lebih bikin nggak tega lagi. Di hari ujian susulan digelar, ia sudah bikin rencana mau liburan.
“Rencananya 18-20 April aku mau ke Yogyakarta bersama saudaraku. Karena permasalahan ini, liburannya harus ditunda,” tukas Maudina.
Sementara itu, pihak dari Kemendikbud sudah menerangkan, bahw kejadian ini disebabkan karena sistem ujian teori kejuruan lebih kompleks.