Follow Us

Setelah 51 Tahun, Akhirnya Vans Menjelaskan Apa Arti "Off The Wall" Pada Merknya

- Jumat, 24 Februari 2017 | 05:30
Off The Walls udah jadi Misi Vans sejak dulu
Hai Online

Off The Walls udah jadi Misi Vans sejak dulu

Setelah 51 tahun, akhirnya Vans menjelaskan apa arti "Off The Walls" pada merknya.

Hal itu ditunjukkan lewat video-video kampanye terbaru yang sedang digagas oeh tim marketing Vans. Mereka pada akhirrya jelasin kalimat 'Off The Wall" yang udah ngalamin pelebaran makna.

Emblem Off The Wall yang kesohor itu.
“Kami bukan lagi sebuah brand skateboarding aja. Kami sudah jadi brand lifestyle yang lebih luas," ujar Global Brand President Doug Palladini. Ia juga mengakui kalo kalimat itu tetap nyambung dengan masa sekarang, meski sudah ngalamin perluasan makna.

"Kalimat off the wall udah seperti sikap atau prinsip dasar," sambung Palladini lagi. "Off the wall adalah misi dan pesan brand Vans buat kawula muda untuk fokus berfikir berbeda, kreatif, menjadi diri sendiri, true individual, Penuh kreativitas, itu penting bagi remaja."

Nah, itu artinya sekarang. Lantas apa arti "Off the Wall" zaman dulu?

Nah, Palladini berkisah, itu harus ditarik mundur ke belakang ke era 1960-an akhir sampai awal 1970-an.

Jadi, kalimat ini emang dipake sama anak-anak pionir skateboard di California sekitar akhir tahun 60-an kalo lagi pada main skateboard. Jadi semacam istilah atau slang-nya anak-anak skateboard pada masa itu.

Ada yang pernah nonton Dogtown and the Z-Boys alias Lords of the Dogtown ?

Tony Alva pada tahun 1970-an riding dengan sepatu Vans.
Film produksi tahun 2001 itu tentang yang berdasarkan kisah nyata tentang awal mula skena skateboard lahir di kawasan Venice, California. Di sana diceritain kalo skateboarding bermula dari para surfer yang pengen bikin permainannya bisa dimainkan juga di jalanan. Kalo surfing harus menungggu ombak yang bagus, tapi nggak begitu dengan skateboarding. Papan beroda itu bisa dimainkan di mana aja. Di aspal, beton, bahkan kolam renang kosong.

Heh? Ya kolam renang kosong.

Malah, ketika anak-anak kota Venice sering dijuluki dengan Dogtown menemukan satu rumah besar yang kolamnya selalu tak dalam keadaan kering, di situlah sebuah skena bermula. Kolam renang orang-orang kaya di kawasan Venice, rata-rata punya dasar yang melengkung seperti mangkok. Dari sinilah istilah bowl bermula. Mereka dengan pol-polan mengembangkan skill skateboarding mereka. Dulu, sebelum ada tren main di kolam renang, skateboarding hanya sebatas meluncur sampai memainkan ketangkasan di atas papan seperti akrobat.

Tapi setelah era-pool skateboarding yang dipelopori oleh Jay Adams, Tony Alva, dan Stacey Peralta, permainan skateboard berubah. Atraksi aerial atau terbang melambung di udara dan meluncur secara horisontal di kolam udah jadi skill yang wajib di punya oleh remaja cowok Venice pada masa itu.

"Dari sinilah istilah "Off the Wall" itu bermula. Mereka meluncur keluar dari beton kolam, seperti melawan gravitasi, lalu melakukan pose di udara, kemudian meluncur lagi ke bawah kolam," ujar Palladini.

Sepatu Vans muncul jadi sepatu wajib anak-anak skate Venice pada masa itu. Dengan sol karet dan bodi berbahan kanvas, sepatu Vans jadi gear yang nyaman dan punya kemampuan "menggigit" papan yang kuat.

identik dengan pop/skate punk
Dalam perkembangannya, Vans emang bukan hanya sepatu anak skateboard. Tapi semua kalangan yang merasa punya sikap "Off the Wall" cocok memakai sepatu ini. Pemusik, pemerhati Fashion, desainer grafis, sampai sutradara yang punya hasrat ingin melakukan suatu yang beda, dianggap cocok sama brand ini.

Seperti kata Tony Alva, yang sekarang udah berusia 59 tahun dan masih main skate, dia jadi salah satu brand ambassador Vans bersama surfer Nathan Fletcher, style blogger Jayne Min, drummer Louise Bartle, dan gitaris Alex Knost.

“Skateboarding to me is not what everybody else is doing. It’s an individual expression of your identity.”

Editor : Hai Online

PROMOTED CONTENT

Latest