Menempuh karier dalam bermusik itu emang ada banyak pilihan jalurnya. Bisa lewat jalur independen alias nggak terikat dengan satu perusahaan label tertentu, tapi semua harus dikerjain mandiri, atau bisa juga masuk ke label dan semuanya jadi nggak harus dikerjain sendiri.
Namun kalo buat penyanyi cantik berambut panjang dan berkulit putih, yang bentar lagi bakal muncul di film Galih & Ratna ini, berkarier di bawah naungan label adalah pilihannya. Di tengah gempuran musisi-musisi indie yang makin mencuri perhatian, Sheryl sampe sekarang pun belum kepikiran buat pindah haluan. Penasaran nggak, sih, kenapa dulunya Sheryl nggak ambil jalur independen aja? Suara dan bakatnya menciptakan musik kan, udah oke punya.
“Sebagai musisi, sejujurnya di awal aku nggak tau tuh, oh ada opsi masuk label, oh ada opsi nggak masuk label. Yang aku tau cuma, aku nggak mau orang tua aku keluar duit buat ngebiayain musik aku. Kenapa? Karena tanggungjawab aku sebagai anak masih banyak yang belum aku penuhin,” curhat Sheryl waktu HAI temui di Roemah Iponk Studio & Coffee House, Karawaci, Tangerang, dalam rangka pemotretan buat HAI edisi cetak bulan Maret (jangan lupa beli, guys! Ehehe).
Dengan bergabung di bawah label, Sheryl justru ngerasa beruntung sebagai musisi pendatang baru. Katanya, label yang menaunginya itu bisa ngabulin banget apa yang dia mau. Tapi…
“Masih ada banyak banget yang aku harus kompromi. (Kalo soal intervensi musik) Itu soal lain. Menurut aku, itu pelajaran buat aku, belajar buat kompromi sama orang, belajar untuk memilih komunikasi yang berbeda,” sambung dara cantik yang sering dibilang ambisius sama orang-orang di sekitarnya ini (ambisius yang konteksnya positif, bro!).
Selama bergabung di bawah perusahaan label, bahkan major label di Indonesia, Sheryl ngakuin kalo dia enjoy dan cukup menikmati prosesnya. Soalnya gini, kalo musisi independen bisa mendapatkan keuntungannya sendiri, dengan bergabung di bawah label pun, Sheryl bisa mendapatkan banyak hal lain dari pilihannya menjadi musisi yang bukan independen. Apalagi, dengan masuk ke label, Sheryl juga bilang kalo networking-nya dengan musisi lain juga terbantu.
“Link nggak bisa bohong. Kanan kiri enak, dan seru aja, sih, ada privilege-nya dan lain-lain. I’m one of the lucky ones. Aku juga berada di sana, perjuangannya nggak sendiri, ada band-band lain yang akhirnya mundur, ada yang bertahan,” aku Sheryl.
Nah, kalo seandainya pelajaran yang kamu dapet udah cukup dan jalur independen menawarkan sesuatu yang menarik, apa yang bakal kamu ambil Sher?
“Itu belum jadi rencana aku untuk keluar dari label. Tapi aku nggak tutup kemungkinan untuk mengerjakan hal yang lain dalam bermusik, di luar dari image yang udah aku bangun selama ini. Tapi untuk keluar dari label, belum masuk dalam plan aku,” jawab lawan main Refal Hady dalam film Galih & Ratna ini, dengan penuh keyakinan.
Cewek pehobi basket dan olahraga lainnya ini juga mengakhiri percakapan dengan mengungkap satu hal. “If I make bad music now, that’s just because my music is bad. Bukan karena salah label. Oke, mungkin inilah proses pendewasaan gue. Lagian, apa sih musik keren sekarang? Tergantung orangnya, tergantung yang dengerin.” tukas Sheryl sebelum akhirnya mengakhiri sesi wawancara dan memulai sesi pemotretan bareng awak HAI.
Anyway, di HAI edisi bulan Maret nanti, HAI bakal mengupas sisi lain Sheryl Sheinafia di rubrik Oh Girl. Bukan soal kariernya, tapi soal percintaannya.
Hayo, pada penasaran? Tungguin aja ya, guys!
Oh iya, jangan lupa juga, Sheryl bakal jadi pemeran utama dalam film Galih & Ratna yang tayang mulai 9 Maret 2017 nanti.
Sila dinanti kalo kamu bener-bener fans sejati, yang memujanya dari hati. Tsaaaaahelah, haha…