Follow Us

Ini Dia Kisah Inspiratif Pengidap HIV dari Rumah Cemara, Bandung di Kancah Internasional!

- Minggu, 04 Desember 2016 | 10:15
Kisah inspiratif pengidap HIV
Hai Online

Kisah inspiratif pengidap HIV

Pelayanan individu dan kelompok jadi metode ampuh untuk para ODHA
Slogan “Indonesia Tanpa Stigma” menghiasi gerbang rumah itu. Menandakan jiwa yang melandasi orang-orang di dalam rumah itu. Ya, stigma, cap buruk dan tindakan diskriminatif bisa dilakukan oleh siapapun: keluarga terdekat, teman sepermainan, dan masyarakat luas. Malah, stigma bisa tumbuh dalam diri pecandu dan pengidap HIV/AIDS sendiri.

Nggak jarang stigma dan diskriminasi itu justru memperparah kondisi mereka. Nggak jarang, meredupkan semangat dan harapan yang lagi dibangun.

Virus (HIV) nggak membunuh, justru stigma yang membunuh,” tegas Ginan.

Virus yang melemahkan daya tahan tubuh itu emang mematikan. Namun, orang yang terinfeksi masih bisa bertahan dan melakoni hidup seperti sediakala.

*****

Nggak ada perbedaan di Rumah Cemara, semua berbaur dan berjuang bersama
Itulah kenapa, Rumah Cemara nggak mau seperti panti rehabilitasi lain yang secara nggak sadar masih menanam stigma kepada pasiennya sendiri. Di rumah ini, selain rehabilitasi, ada pelayanan yang dimotori oleh para penggagas yang masih sebaya.

Para pegiat ini tiap hari mendampingi pecandu yang ikut terapi Methadone di R.S Hasan Sadikin. Selain itu, pendampingan individu juga dilakukan bagi ODHA di klinik Teratai di rumah sakit yang sama.

Di kedua tempat itu Rumah Cemara melakukan dukungan individual untuk mengatasi berbagai masalah, memberi saran, dan mengubah perilaku para pecandu serta pengidap HIV/AIDS. Singkatnya, bersentuhan langsung dengan setiap orang yang didampingi.

Yang menarik, para pegiat itu sebagian besar mantan pecandu dan 85 persen adalah pengidap virus HIV. Kesamaan latar belakang inilah yang bikin keduanya bisa gampang dekat dan klop. “Kami bisa jadi panutan bagi mereka, karena bagi mereka, kami juga teman,” ujar Anton Djajapawira, Direktur Rumah Cemara.

Selain pendekatan individu, ada juga layanan kelompok. Selain sebagai solusi pembagian pendamping, metode layanan kelompok juga lebih efektif. “Di dalam kelompok, mereka akan saling mendukung dan mengingatkan secara mandiri.”

Pemain sepakbola berbakat bisa terjaring juga di program sports development Rumah Cemara
Nah, yang seru ada divisi lain yang banyak diikuti oleh warga Rumah Cemara. Divisi resource mobilization namanya. Di dalamnya, ada sport development yang punya program pengembangan orang-orang berbakat di bidang olahraga kayak sepakbola, tinju, dan aeroboxing . Lewat sepakbola, Rumah Cemara bisa memikat perhatian masyarakat umum sehingga jadi alat kampanye dan penyadaran.

*****

Nama eventnya Homeless World Cup. Ini adalah kompetisi sepakbola jalanan (street soccer) tingkat dunia yang pesertanya adalah golongan minoritas. Misalnya pecandu, pengidap HIV/AIDS, sampai gelandangan. Mungkin nggak segemerlap World Cup yang bertaburkan nama-nama pesepakbola kelas dunia, tapi event ini menumbuhkan harapan dan membangun anggapan bahwa ODHA juga bisa berprestasi.

Rumah Cemara punya peran penting dalam merekrut anggota tim yang akan berlaga di Homeless World Cup. Pada gelaran tahun 2014 saja misalnya. Rumah Cemara menggelar seleksi nasional di sembilan provinsi.

Editor : Hai

PROMOTED CONTENT

Latest