Follow Us

3 Hal Yang Bikin Ouija: Origin Of Evil Menjadi Film Horor Yang Kurang Menakutkan

- Senin, 31 Oktober 2016 | 12:15
Ouija: Origin of Evil
Hai Online

Ouija: Origin of Evil

Namanya Oktober, terus suasana Halloween pula, kayaknya nggak mungkin kalau nggak ada satu pun film horror yang menyambangi bioskop Tanah Air. Yap! Ouija: Origin of Evil, film horor yang merupakan prekuel dari Ouija (2014) ini udah rilis sejak pekan lalu di bioskop Indonesia.

Namun berbeda dari film horor kebanyakan yang bikin kita ketakutan, bahkan ngeri pulang dan tidur dalam keadaan lampu dimatikan, Ouija: Origin of Evil cukup kurang dalam menyajikan sesuatu yang seram-seram. Soalnya, HAI menemukan ada beberapa hal yang bikin Ouija: Origin of Evil menjadi film horor yang kurang menakutkan.

Alkisah, film ini mengambil latar tahun 1967 di Los Angeles. Seorang ibu tunggal bernama Alice Zander (Elizabeth Reaser) terpaksa hidup dengan membaca nasib dan peruntungan, tapi sayangnya dengan menipu. Kedua putrinya, yakni Paulina “Lina” Zander (Annalise Basso) dan Doris Zander (Lulu Wilson) pun membantu sang ibu.

Suatu hari, Alice pun mengadu peruntungan dengan membeli sebuah papan Ouija yang dipercaya bisa menghubungkan manusia dengan roh dari dunia lain. Namun konflik terjadi ketika Doris, mencoba menggunakan papan itu untuk berkomunikasi dengan roh ayahnya yang udah meninggal. Sejak saat itu, Doris pun menunjukkan tanda-tanda keanehan.

Meski Ouija: Origin of Evil memang merupakan film bergenre horor dan cerita (plus trailer-) nya juga nakutin, tapi ada beberapa hal yang bikin Ouija: Origin of Evil menjadi film horor yang kurang menakutkan.

Ini dia, 3 hal yang bikin Ouija: Origin of Evil menjadi film horor yang kurang menakutkan.

Editor : Hai Online

PROMOTED CONTENT

Latest