Follow Us

Pementasan "Mimpi Yang Terbeli" Teater Papan: Antara Dukun dan Cinta Beda Agama

Rizki Ramadan - Selasa, 20 September 2016 | 03:00
Pementasan

Pementasan

Kemarin Jum’at (17/09) ekstrakulikuler teater SMKN 48 Jakarta kembali mengadakan acara tahunannya yang ke enam, berlokasi di Balai Latihan Kesenian Jakarta Timur. Pementasan dengan tajuk "Mimpi yang terbeli" ini menceritakan kisah dua manusia yang berbeda keyakian namun saling mencintai. Hubungan ini tentu nggak direstui oleh masih masing ahli agama, tetapi mereka yakin cinta mereka akan tetap satu walau berbeda keyakinan.

Choki Lumban Gaol, Sutradara sekaligus penulis naskah berkomentar, “Cerita ini terinspirasi dari temen-temen, karena banyak banget temen-temen yang pacaran beda agama. Bukan cuma anak-anak SMA, bahkan guru-guru pun juga ada. Nah ini bisa jadi sebuah cerita yang menarik. Bagaimana caranya mereka mempertahankan hubungan mereka. Karena, kan, biasanya kalau hubungan beda agama itu bakal selesai gitu aja. Ada yang nggak bakal jadian, nggak langgeng, pokoknya nggak bisa bareng-bareng terus. Tapi di cerita ini, kita buat gimana caranya biar beda agama ini bisa langgeng, walaupun sisi negatifnya ada nafsu di sana, makanya di cerita ini ada dukunnya. Kan kita semua tahu, kalau dukun itu di ajaran islam musyrik, akhirnya mereka memaksakan diri menggapai mimpinya itu walau dengan cara seperti itu.”

Penyelenggaraan Teater Papan yang ke enam ini sukses membuat para penonton terbawa suasana pementasan. Gimana nggak, dengan modal latihan 2 minggu saja, para pemain sudah memerankan tokoh dengan baik. Keliatan banget kalau anak-anak teater papan ini berlatih sungguh-sungguh. “Kesulitan terbesar itu sebenernya waktu. Karena waktu mereka ini kan terbatas. Walau naskah sudah lama jadi, waktu mereka sangat terbatas. Karena, kan, ini SMK, masing-masing jurusan punya jadwal sendiri. Setiap latihan di sekolah kami cuma dikasih satu jam. Kita latihan full cuma di hari minggu, dari jam 9 pagi sampai jam 4 sore. Makanya agak wajar kalau pertunjukan tadi banyak miss-nya” tambah sang sutradara. Itu kesulitan yang dialami oleh sang sutradara dan para pemain,” aku Balgis, selaku ketua pelaksana teater papan 2016.

Kendala lainnya datang dari pendanaan. Yap, ini adalah teater mandiri. Tanpa sponsor. Panitia kudu nyari dana sendiri, caranya, ya dengan berjualan.

“Agak sedih sih sebenernya, soalnya banyak miss-nya. Tapi, gue salut banget sama mereka, mereka mainnya udah bagus. Terus kalo diliat dari banyaknya penonton, seneng juga.” Sambung Balgis saat HSC tanya bagaimana perasaannya setelah pementasan ‘Mimpi yang terbeli’ usai.

Wah, seru juga ya, bro! jadi penasaran kira-kira teater Papan tahun depan menceritakan apa ya? Yuk doain teater Papan biar tahun depan bisa tampil di Balai Kesenian Jakarta! Semangat Tepan!

Ditulis oleh :

Wukufahdini Trijayanti - SMAN 100 Jakarta

Editor : Hai Online

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest