Paduan Suara Dialita, singkatan dari Di Atas Lima Puluh tahun, adalah bunyi merdu dari masa lalu. Paduan suara ini beranggotakan keluarga atau mereka yang pernah ditahan karena tersangkut peristiwa Enam Lima. Dibantu oleh beberapa musisi seperti Frau dan Cholil "Efek Rumah Kaca", karya-karya Dialita yang hampir hilang kini bisa dinikmati kita semua.
Kontribusi para musisi tersebut bikin album ini terdengar segar dan unik. Contohnya seperti suara synth menyerupai sirine di lagu Asia Afrika Bersatu, yang pastinya jarang kita dengar di lagu paduan suara.
Selain itu, ada nilai lebih di balik 10 lagu di album "Dunia Milik Kita" ini. Album ini juga berperan sebagai sebuah arsip sejarah. Karena dalam album ini, Paduan Suara Dialita menghadirkan kembali suara dari dua seniman musik besar Indonesia yang sudah tak terdengar, Sudharnoto dan Subronto K Atmodjo.
"Maestro musik, yang meski harus meringkuk dalam kamp kerja paksa di Pulau buru, mereka masih mencipta lagu-lagu merdu untuk mengobarkan semangat hidup," tulis Arman Dhani, penulis liner notes album tersebut.
Adalah Ibu Utati dan Ibu Mudjiati, dua anggota Paduan Suara Dialita yang pernah ditahan bersama-sama di Bukit Duri, yang berjasa mengumpulkan arsip dokumentasi dan menuliskan kembali lagu-lagu dari dalam penjara. Dari lirik-lirik yang nggak lagi utuh diingat, lalu secara perlahan berhasil menemukan kembali bagian-bagian yang terpenggal, selanjutnya diberi notasi dan dibuatkan partiturnya secara sederhana.
Partitur-partitur sederhana yang masih belum sempurna itulah yang kemudian diperkenalkan dan dipelajari bersama para personel Paduan Suara Dialita.
Yes No Wave Music merilis album ini secara digital tepat pada hari kemerdekaan Indonesia, tanggal 17 Agustus 2016. Nantinya album dalam format CD dihiasi booklet yang berisi berbagai ilustrasi karya Wedhar Riyadi dan resep pangan liar seperti Sup Gude, Perkedel Umbi Talas, Gethuk Suweg, dan Sayur Genjer.