Belum sebulan menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy sudah ngeluarin pernyataan yang bikin para pelajar SMA menanggapi beritanya di medsos dengan emoticon marah berapi-api. Gimana nggak, dia punya rencana untuk membuat kebijakan yang mengharuskan pelajar seharian berada di sekolah. Full day school, begitulah program itu disebutnya. Wah, terus, kata pelajar apa yah menanggapi aturan itu?
Katanya kepada Republika, aturan tersebut dibuat karena menurutnya, biar pelajar terbendung dari pengaruh-pengaruh buruk karena tak sempat diawasi orang tua.
Udah gitu, kebijakan tersebut dikaitkan dengan anggapannya tentang anak muda jaman sekarang, katanya kita tuh bermental lembek dan nggak tahan banting.
"1000% gue nggak gak setuju dengan aturan itu," cerocos Fahni dari SMAN 100 Jakarta di grup LINE komunitas wartawan sekolah HAI School Crew menanggapi berita tersebut.
"Gue nggak setuju. Menterinya aja sana (yang seharian di sekolah)," Nabyl dari SMAN 81 nggak mau kalah berpendapat. "Aku kan mau les balet," timpalnya dengan diikuti emoticon lidah melet.
"Aku sih nggak apa-apa yah kalau full day school, asal sekolahnya cuma sehari dalam seminggu," Aqib dari SMAN 1 Pati ikut becanda.
Ya, begitulah. Singkatnya, para pelajar SMA tersinggung sekaligus kesal bercampur heran sama usulan rencana aturan tersebut. Kalau awalnya ditanggapi dengan asal bunyi dan becanda, makin lama obrolan di grup LINE pelajar itu jadi makin serius. Satu persatu muncul mengeluarkan pendapatnya sesungguhnya.
"Mendidik anak nggak sekeras itu"
Ini pendapat keluar dari Jaru Yehezkiel, pentolan sekolah SMAN 91 Jakarta. Walau setuju kalau generasi sekarang itu lembek, tapi Jaru tetep nggak suka dengan aturan menteri baru itu.
"Gue nggak setuju (sama aturan itu). Menurut gue, itu nggak manusiawi. Apalagi untuk anak SD dan SMP. Mendidik anak nggak sekeras itu. Malah aturan kayak gitu malah bikin anak jadi males sekolah," papar Jaru.
"Di mana revolusi mentalnya?"
Menteri Muhadjir sempat bilang, untuk mengisi waktu di sekolah saat sore hari, murid akan dibekali dengan kursus dan pendalaman agama. Dengan begitu, anak jadi lebih terpantau dan terhindar dari hasutan kelompok yang menurutnya ekstrem.