"Wah ada gym tuh!" teriak Bayu sambil menatap layar smartphone-nya. "Keren banget nih tim Valor punya gym di GBK," ujarnya sambil tersenyum, merasa bahwa ia nggak salah memilih tim Valor.
Pagi hari itu (17/7), HAI lagi ngikut Bayu, siswa sebuah SMA di Tambora, serta beebrapa temannya buat nyari Pokemon di area Stadion Utama Gelora Bung Karno. Walau sibuk melihat hape, cowok berusia 16 tahun ini tetap konsen menjawab pertanyaan-pertanyaan dari HAI.
"Valor itu keren banget lambangnya," Bayu menjelaskan alasannya memilih tim berwarna merah tersebut. "Di Facebook gue juga ngetren nih tim ini," lanjutnya.

Eh, tapi lo memang fans Pokemon kan, Bay?
"Gue sebenarnya nggak suka Pokemon," akunya. "Tapi gue lihat game ini diomongin banget. Sampai masuk berita malah. Kayaknya seru. Akhirnya download deh. Eh ketagihan," sambungnya.
Yap, terbukti Pokemon Go memang nggak terbatas buat fans Pokemon saja. Suka Pokemon, nggak suka Pokemon, suka main game, nggak suka main game, semuanya kepincut sama game berbasis augmented reality ini.
"Gue taunya Pikachu doang malah. Kalo lagi hunting sama temen, biasanya kita teriak aneh-aneh kalo ada monster. 'Woy ada ayam tuh!'," ucap Bayu mencontohkan.
Serunya buat lo yang nggak suka Pokemon ini memangnya apa sih Bay?
"Bukan ngider-ngidernya sebenarnya. Gue suka ngoleksi-ngoleksinya itu. Gue sampai keliling-keliling demi Pokemon. Malah pernah ke dari Tambora ke Gajah Mada demi nyari Pokemon. Gila nggak?" katanya.
Gila juga sih.
