Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Ketika Dana Pensi Dikorupsi Teman Sendiri

Rizki Ramadan - Sabtu, 03 Februari 2018 | 09:00
 korupsi di lingkungan sekolah
Rizki Ramadan

korupsi di lingkungan sekolah

HAI-online.com - Dibanding proyek sekolah lain, pensi tuh bisa makan dana gede banget. Udah gitu, pos pengeluarannya banyak dan menyebar. Banyak celah deh, untuk para ‘tikus’ menggeroti dana.

Kasus kecilnya adalah pemalsuan nota. Seperti yang dilakukan Sukro (nama samaran-red) ketika menggarap sebuah pensi internal di salah satu gedung mewah di kawasan selatan Yogyakarta. Didapuk menjadi seorang staf seksi acara ternyata Sukro tergiur pula untuk melakukan korupsi kecil-kecilan level pemula.

“Waktu itu, gue jadi LO sekaligus contact person guest star lokal gitu, karena makan biaya phone jadi suka habis pulsa pribadi gue. Yaudah ngerasa nggak terima gue bikin aja nota palsu biar dapet ganti rugi sama bendahara. Soalnya gue yakin hal sepele seperti pulsa gitu nggak dipertimbangkan oleh panitia lain,” ungkap cowok berambut cepak yang berstatus sebagai siswa kelas akhir salah satu SMA Swasta di kawasan utara kota Pelajar.

Sepele sih, dan nominal yang tertera di nota palsu bikinan Sukro hanya Rp.100.000. Cara yang dilakukan Sukro pun cukup kreatif, yakni dengan meminta nota kosong di salah satu warung. “Terus ditulis sendiri pakai pena keterangan pembelian sampai gue tanda tanganin sendiri,” imbuh cowok yang juga mengenakan kacamata ini.

Cerita dari temen-teman SMAN 60 Jakarta juga nggak bisa diabaikan. Mutia, yang kini kelas XII buka mulut. Dulu, saat kelas X, seniornya maksa dia dan teman seangkatannya untuk beli baju panitia yang harganya nggak wajar. “Cuma kaos, all size pula, sablonannya biasa, tapi harganya Rp 250 ribu,” repat Mutia. Walau akhirnya dia tahu sisanya untuk nutupin anggaran yang kurang, tapi tetap aja caranya bikin jengkel. Kayak preman tukang mark up anggaran.

Cukup? belum. Urusan duit dengan para vendor logistik kayak panggung, soundsystem, serta urusan pengisi acara juga rawan tuh. “Kadang banyak panitia yang terima jadi aja, deh, soal soundsystem nggak tau kalau harganya dinaikin,” Ardi dari @infopensi cerita tentang pengalamannya dicurhatin panitia pensi.

Udah gitu, kalau pensi meraup untung, para ‘tikus’ makin laper tuh. Bejo, bukan nama sebenernya, yang pernah jadi bendahara pensi sekolahnya ngaku.

“Pensi gue dulu surplus gitu dana nya gegara donatur dan sponsor nya melimpah selain penjualan tiket yang juga ludes. Yaudah, berhubung gue yang ngatur duit, gue pakai aja sekitar Rp 200.000 buat jajan sepuasnya di kafé mewah.” Curhat mantan bendahara salah satu pensi garapan salah satu SMA kawasan utara Yogyakarta yang diselenggarakan 2015 lalu.

Aksinya itu lancar dilakukan karena Bejo tau banget kalo teman-teman sesama panitia lainnya nggak ada yang aware. “Toh, surplus dananya juga gede mencapai puluhan juta, nggak masalah lah di pakai sedikit, lagian juga sama-sama kerja juga,” imbuh Bejo bernada tanpa dosa.

Wah, jangan ditiru aksi Bejo ya, guys!

How To Ancipate:

  • Alokasikan anggaran untuk pengeluaran-pengeluaran kecil sekalipun: kayak pulsa, transportasi, dll. Sehingga, panitia pun nggak mikir lagi untuk cari celah nilep uang kas.
  • Terapkan sistem reimburse yang praktis dan tetap terbuka. Misalnya, tiap bon harus difoto dan di-post ke groupchat panitia
  • Libatkan pihak ketiga yang terpercaya untuk mengawal atau mengawasi proses negosiasi dengan pihak vendor atau artis.
Pernah mengalami cerita serupa di kepanitiaan pensi sekolahmu? share di kolom komentar yuk! (penulis: Rasyid/Bagus/Kiram)

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x