Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Sri Hanuraga Susah Move On dari Jazz

- Senin, 30 November 2015 | 11:30
Sri Hanuraga sebelum tampil di JGTC ke-38
Hai Online

Sri Hanuraga sebelum tampil di JGTC ke-38

Sri Hanuraga atau akrab disapa Aga, pada awalnya cuma mau menekuni musik di jalur progressive rock, tapi siapa mengira jika di tengah-tengah pencariannya, justru ia menemukan jazz lebih indah dari apa yang selama ini dicarinya.

Yap, sejak tuts piano begitu akrab di jemari cowok kelahiran Jakarta, 24 Desember 1985 ini, Ia semakin sulit menjauh dari bunyi-bunyian yang dikomposisikannya. Jazz telah mengantarkannya menemukan “jati diri” sehingga sulit rasanya untuk berpindah ke jalur lain.

“Keith Emerson (pemain keyboard rock progresif.red) menginspirasi saya untuk bermain piano. Dia itu, setelah saya telusuri, ternyata banyak dipengaruhi musisi jazz,. Dari situ saya pun jadi pingin dengerin (jazz) juga, jadi saya belajar jazz buat bisa main rock, eh ternyata jatuh cinta-nya sama jazz,” kenang Aga saat ditemui HAI pada Minggu (29/11) sore sebelum manggung di Jakarta Goes To Campus (JGTC) ke-38, UI Depok. Baca: JGTC Sesak, Raisa "Turun Panggung"

Ngomongin kenangan pertama belajar musik jazz, Aga ternyata sempat belajar piano bareng Indra Lesmana. Waktu itu dia masih berusia 17 tahun. Dengan semangat muda yang sedang gandrung sama jazz, Aga pernah mengikuti kompetisi JGTC. Yap, bakatnya sebagai pianis mulai kelihatan, ia sukses menjadi pemenang pertama sehingga selain manggung di salah satu stage JGTC kampus UI, Aga juga sempat tampil di beberapa festival Jazz di Indonesia termasuk Jakarta International Java Jazz Festival.

Setelah beberapa tahun berganti, Aga yang meraih gelar master dari Conservatorium van Amsterdam, Belanda ini telah membuat karya baru dalam album jazz bertajuk To the Universe. Album ini berkonsep modern jazz dimana gerak irama yang dibuatnya tidak hanya mengandung berunsur bunyi-bunyian rumit khas jazz tetapi juga ada unsur traditional rhythm-nya.

“Album saya terinspirasi dari gamelan Jawa. Waktu (saya buat) itu, saya pengen cari yang beda aja sama karya dari musisi lain. Saya mencari jati diri dimana saya punya latar belakang Orang jawa, kenapa nggak (akhirnya) saya menggali kekayaan musik orang Jawa dan memasukkannya dalam karya saya,” jelasnya ketika mengaransemen dua lagu jawa diantara Suwe Ora Jamu dan Gundul Pacul menjadi musik jazz yang dinamis dan modern.

Album To the Universe pun diganjar penghargaan JGTC choice award 2015 sebagai album of the year. Jika sempat masuk ke Jazz Museum, kita bisa mendengar langsung keseluruhan album tersebut. Selain Suwe Ora Jamu dan Gundul Pacul, album To The Universe juga memuat karya Aga yang lain berjudul Ever Changing Part 1, Part 2 dan Part 3 yang sempat dibawakannya pada gelaran JGTC ke-38 di panggung Teh Pucuk, UI Depok.

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular

x