Contohnya, kejadian ‘pungli’ di TPS yang pernah dijumpai, dan beberapa masyarakat yang alih-alih membantu, melainkan malah menambah pekerjaan mereka dengan menyuruh membersihkan titik lain.
Nggak lupa, komentar orang-orang di media sosial yang merasa nggak sejalan, dan menyudutkan mereka.
Menanggapi hal tersebut, Pandawa nggak terlalu peduli karena mereka nggak punya niat yang macam-macam selain untuk membersihkan sungai.
“Kita nggak terlalu memedulikan komentar negative,” tutur salah satu anggota Pandawa, Gilang, lewat podcast Denny Sumargo.
Dalam prosesnya, mereka kadang mengabiskan waktu sampai 2 hari untuk membersihkan setiap titiknya tergantung tingkat kekotoran sungai tersebut, dengan waktu kerja 5 hari dalam seminggu.
Sejauh ini, kesulitan yang mereka hadapi adalah kurangnya alat-alat mumpuni, yang terkadang menghambat pekerjaan mereka karena kapasitas yang terbatas.
Dengan adanya gerakan rutin yang mereka lakukan, Pandawara berharap supaya bisa mencapai goals, yakni ketika mereka akhirnya kehabisan konten untuk membersihkan sampah karena Indonesia sudah ‘zero waste’.
Pandawara juga berharap supaya kedepannya masyarakat dan pemerintah bisa bekerja sama untuk memperbaiki masalah sampah di Indonesia, karena menurut mereka masalahnya bukan cuma di pemerintah aja, tetapi juga di masyarakat.
Sikap masyarakat yang jauh dari kata sadar dan nggak peduli dengan sekitar bikin masalah sampah ini semakin kompleks dan berulang.
“Jangan saling menyalahkan, ini cuma masalah kesadaran,” tutur Pandawa.