HAI-ONLINE.COM - Berdendang Bergoyang Festival kemarin masih menjadi sorotan sampai hari ini. Mulai dari dibatalkannya set beberapa artis, masalah keamanan, dan crowd control dari pihak panitia jadi topik pembahasannya.
Lantas, apa sih sebenarnya yang bikin festival yang harusnya digelar tanggal 28-30 ini kacau balau? Berikut kesalahan Berdendang Bergoyang Festival dari sudut pandang manajer Seringai dan jurnalis musik, Wendi Putranto.
Venue yang nggak cocok dengan line-up
"Kesalahan utama adalah pemilihan venue Istora Senayan untuk festival star studded line-up nasional seperti ini. Indoor Istora itu kapasitas 7000 pax, diisi +10.000 aja tanpa ada panggung-panggung lain aja sudah padat banget traffic crowdnya." dikutip dari Twitter @wenzrawk.
Potensi crash dengan acara lain
"Bikin acara sebesar ini di GBK juga potensial clash dengan acara-acara besar lainnya. Kemarin BB Fest ini bentrok dengan Festival Jajan Bango, Green Festival dan INACRAFT, semuanya puluhan/ratusan ribu pengunjung, walhasil macet gila-gilaan di sekitar kawasan Senayan."
Ia menyarankan, festival musik dengan konsep menghadirkan banyak band dengan fanbase yang besar seperti ini memang harusnya diadakan di JIExpo, Kemayoran.
"Kesalahan utama adalah pemilihan venue Istora Senayan untuk festival star studded line-up nasional seperti ini. Indoor Istora itu kapasitas 7000 pax, diisi +10.000 aja tanpa ada panggung-panggung lain aja sudah padat banget traffic crowdnya." imbuhnya.
Crowd Control yang minim dan panitia yang ikut berjoget
"Crowd control management sangat minim, ini kalo gak mau dibilang gak ada. Saya masuk venue tanpa dicek ID apalagi bag/body checking, lenggang kangkung aja. Gokilnya lagi, bbrp kali ketemu gate ke venue atau backstage yang hanya dijaga oleh seorang atau dua orang panitia/volunteer saja, bukan tim crowd control atau security yg profesional. Pemandangan lainnya bahkan para panitia/volunteer ini malah ikut nonton dan berjoget, bukan bekerja sesuai job desc mereka." urai Wendi.
Manajemen sampah yang buruk