Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Sinematografi Bermasalah, The Hunger Games Tetap Di Depan

Rian Sidik (old) - Jumat, 12 September 2014 | 07:23
Sinematografi Bermasalah The Hunger Games Tetap Di Depan
Rian Sidik (old)

Sinematografi Bermasalah The Hunger Games Tetap Di Depan

Sejak Lara Croft: Tomb Raider dirilis pada 2001 lalu, Hollywood belum lagi bisa memproduksi film action yang mengangkat sisi heroisme seorang wanita. Sampai pada 2012 lalu, Lionsgate memberanikan diri melepas The Hunger Games, sebuah film adventure remaja yang diadaptasi dari novel karya Suzanne Collins.

Dengan dua instalasi sekual dalam empat format film, The Hunger Games ini langsung disambut baik oleh Box Office. Terbukti dari dua seri film termasuk, Catching Fire, THG sukses meraup total pendapatan USD 1,5 miliar di seluruh dunia.

Yap, adalah penokohan yang tajam jadi kekuatan film garapan sutradara Gary Ross tersebut. Terutama yang didapuk oleh karakter utamanya, Katniss Everdeen.

Dibesarkan dalam sebuah lingkungan yang mencekam di kawasan District 13, ia digambarkan sebagai karakter yang penuh tanggung jawab. Bahkan, sang pemeran, Jennifer Lawrence mengaku cukup terbebani saat memainkan karakter Katniss.

"Aku bahkan terus menggenjot fisikku hingga matang sebelum terjun ke tempat syuting. Karakter yang keras dan pemberontak membuatku sadar ini adalah peer yang berat buat dikerjakan," ucapnya.

Sisi kerasnya makin menjadi saat ia dihadapkan dengan ajang The Hunger Games. Menggantikan adiknya, Katniss berusaha tegar meski ia nggak rela berpisah dengan keluarga, termasuk ibunya yang mengalami depresi akibat kematian sang ayah.

Seperti di dalam novelnya, Katniss bukan seorang pembunuh ulung. Ia terlatih menjadi seorang kesatria karena kondisi yang mengharuskannya untuk bersikap keras demi bertahan di medan tempur.

Namun, karakter alami Katniss hilang saat di film kedua. Rekan sejawatnya, Peeta Mellark lah yang menjadi alasan karakter Katniss kehilangan ketajaman lantaran ia mulai dianggap sebagai sesuatu yang lebih berharga ketimbang nyawanya sendiri.

Sebagian besar alur yang dituangkan ke dalam film ini cukup kompleks. Sayang, di film kedua, nggak banyak twist yang bisa dihadirkan oleh sang sutradara karena keterbatasan ruang untuk berbicara.

Pada film pertama, banyak sekali twist yang memang sudah ditunggu-tunggu para penggemar. Salah satu yang paling menarik perhatian saat Katniss berusaha melakukan bunuh diri bersama dengan memakan buah berancun di akhir film.

Tujuannya untuk menipu para pengawas The Hunger Games. Twist serupa sebenarnya juga dimunculkan di akhir film ketika Katniss berhasil membongkar kebohongan arena The Hunger Games dengan melemparkan sebuah tombak.

Sayang, sang sutradara kurang memberikan klimaks di akhir. Alhasil, film kedua terkesan sangat menggantung dengan meninggalkan Katniss tanpa klu apapun.

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x