Follow Us

The Fault In Our Stars, Romantis Yang Cerdas

Rian Sidik (old) - Jumat, 04 Juli 2014 | 04:42
The Fault In Our Stars Romantis Yang Cerdas
Rian Sidik (old)

The Fault In Our Stars Romantis Yang Cerdas

Pepatah kalau cinta itu tak harus memiliki tampaknya cocok disempatkan kepada Hazel Grace Lancaster (Shailene Woodley). Buatnya, mungkin tak ada yang jauh lebih berharga daripada menghabiskan beberapa hari dengan seorang cowok asing yang baru ia kenal, Augustus Waters (Ansel Elgort).

Menghabiskan masa kecilnya dalam kondisi sekarang lantaran diterjang kanker thyroid yang mengganggu kinerja paru-parunya, Hazel memang tak memiliki banyak kawan. Bahkan ketika ia dikirim ke sebuah support group, ia sama sekali tidak tertarik.

Sampai pada suatu saat, Hazel bertabrakan dengan seorang cowok tampan yang punya tinggi semampai, Augustus Waters. Pertemuan aneh tersebut berlanjut ke dalam kelas di mana keduanya saling menimpali opini.

Gus bukan sosok yang sempurna juga. Ia harus kehilangan sebuah kakinya karena mengidap osteosarcoma.

Namun kekurangan tersebut ternyata tak membuat keduanya saling menjauh. Apalagi sejak Hazel mengenalkan sebuah novel karangan Peter Van Houten berjudul An Imperial Affliction yang katanya telah mengubah dirinya kepada Gus.

Keduanya makin akrab saat sama-sama sepakat kalau ending dari novel tersebut cukup kasar dan berminat untuk menanyakan langsung kepada sang pengarang. Karena ini mimpinya Hazel,Gus pun berjanji akan menghantarkannya kepada Van Houten yang dengan menggunakan fasilitas make-a-wish dari organisasi penyandang kankernya.

Sayang, banyak sekali hadangan mulai dari kesehatan Hazel yang memburuk. Bahkan hingga keduanya sudah tiba di Amsterdam dan bertemu dengan Van Houten, ada momen yang menguras hati.

Tak hanya itu, Gus juga harus berburu dengan waktu. Mengingat kankernya yang sempat tak aktif mulai menjalar ke seluruh tubuh termasuk jantung dan paru-paru.

Diadaptasi dari novel laris karya John Green, sutradara Josh Boone cukup cermat mengatur alurnya yang terkesan tak terburu-buru. Humor-humor a la remaja masa kini yang hinggap di karakter pendukung utama, Isaac (Nat Wolff) mampu memberikan warna yang berbeda dengan kebanyakan film-film bergenre sejenis.

Fokus utama film ini sendiri yaaa ingin mengajak para penonton memahami beberapa nilai kehidupan. Bukan hanya soal memperjuangkan cinta, tetapi juga melihat hidup lebih tak cuma dari sisi susahnya saja.

Sang sutradara jelas terbantu dengan cara penulisan Green melalui novelnya yang terkesan dalam namun ringan. Tetesan air mata para penonton bakal pecah di akhir film saat kedua karakter utama dihadapkan dengan rasa kehilangan yang luar biasa.

Dirilis pada 6 Juni lalu, The Fault in Our Stars sukses meraup pendapatan sebesar USD 197 juta di Box Office. Sangat menguntungkan mengingat modal penggarapannya hanya USD 12 juta

Editor : Rian Sidik (old)

PROMOTED CONTENT

Latest