Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Fenomena Warnet Jadi Bilik Asmara [Part 1]

- Senin, 26 Agustus 2013 | 12:48
Fenomena Warnet Jadi Bilik Asmara Part 1
Hai Online

Fenomena Warnet Jadi Bilik Asmara Part 1

Dilansir oleh Tribunnews.com yang menelusuri keberadaan warnet untuk menemukan fakta mengejutkan. Di sebuah warnet berlantai dua di Semarang Timur, seluruh bilik dirancang sedemikian rupa sehingga aktivitas di dalam bilik tidak akan bisa dilihat dari luar ataupun dari bilik sebelah.

Menggunakan sebuah papan berwarna coklat, bilik warnet ini berukuran sekitar 1 meter kali 1,5 meter dan tinggi hampir 2 meter. Satu-satunya akses masuk ke dalam bilik menggunakan sebuah pintu yang mempunyai ketinggian hampir sama dengan bilik.

Di bagian bawah, masih ada sisa ruang terbuka antara pintu dengan lantai. Namun ketika bilik digunakan untuk berbuat asusila, menurut Anto, pengguna biasanya akan menutupnya dengan tas atau helm.

Pengelola tidak menyediakan kursi, pelanggan hanya duduk lesehan. Kondisi di dalam bilik, sebenarnya cukup sempit. Pengguna internet di tempat ini bahkan tidak bisa meluruskan kakinya ke depan karena ruangan yang tidak memadai.

Anehnya setiap pintu bilik di warnet ini bisa dikunci dari dalam. Praktis, begitu pengguna bilik masuk, seluruh aktifitasnya tidak terpantau penjaga warnet. Pengeloa internet memang memasang kamera CCTV, namun jumlahnya hanya satu atau dua sehingga tidak bisa menjangkau aktifitas pengguna warnet di dalam bilik.

Saat Tribun berkunjung ke warnet ini, tampak beberapa pasangan remaja masuk ke dalam bilik-bilik. Seluruh remaja perempuan yang masuk ke dalam bilik di warnet ini adalah pelajar. Mereka masih mengenakan seragam sekolah lengkap.

Penjaga warnet menolak memberikan komentar terkait banyaknya pelajar berbuat asusulia di warnetnya. Lelaki berambut pendek ini hanya tersenyum saat Tribun menanyakan hal ini. Menurutnya, itu merupakan privasi para pelanggannya. Dia sebagai penjaga, ujarnya, tidak ingin mencampuri urusan pelanggan. "Sudah biasa," kata dia.

Nggak berapa jauh dari warnet pertama, juga dijumpai sebuah warnet lain yang menyediakan bilik dengan fasilitas serupa. Menurut petugas jaga, pelanggannya sebagian besar adalah pecinta game online. Gamers, sebutan untuk pecinta game, akan datang ke warnet pada malam hari. Siangnya, didominasi oleh pelajar.

Selain dua tempat tersebut, tim Tribun juga menelusuri beberapa warnet lainnya. Banyak warnet yang menggunakan bilik tertutup, terletak di daerah pinggiran Kota Semarang. Di sejumlah warnet tersebut, terdapat film-film porno yang tersimpan di hard disk komputer.

Menanggapi keberadaan warnet asuslia tersebut, Agus berharap ada ketegasan dari petugas terkait. "Aparat harus tegas, warnet yang tertutup segera ditertibkan, kalau bandel harus ditutup," kata warga Gajahmungkur ini.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Bunyamin menyatakan, pihak sekolah semestinya tidak memberikan tugas yang menuntut anak didiknya untuk mencari bahan dari warnet. "Kalau memang memerlukan internet, sekolah memberikan fasilitas internet yang bisa diakses atau dipakai meski jam pelajaran telah selesai. Jadi kalau ada pelajar yang datang ke warnet kemungkinan besar bukan untuk kepentingan belajarnya," kata Bunyamin.

Editor : Hai





PROMOTED CONTENT

Latest

x