Sepuluh tahun lagi atau pada 2025, siap-siap lagi, sebagian besar wilayah Jakarta bakal tergenang sekitar 80 sentimeter sampai 100 sentimeter, di atas batas tanggul yang dibuat untuk melindungi kota tersebut dari banjir.
Demikian penjelasan seorang mahasiswa program doktor asal Indonesia, Evi Sofiyah, dalam diskusi akademik baru-baru ini di Universitas Adelaide.
Pada tahun 2025 atau 2026, akan terjadi fenomena siklus gelombang bulan (moon tidal wave) yang terjadi dalam siklus 18.6 tahun sekali. Ketika itu gelombang pasang dari laut akan mencapai titik tertingginya, ditambah dengan penurunan permukaan tanah, dan banjir kiriman.
Fenomena ini terakhir kali terjadi bulan November 2007, ketika banjir menewaskan 18 orang dan 300.000 orang terkena dampaknya.
Walaupun sudah ada rencana membangun dinding raksasa guna melindungi Jakarta dari genangan air dari laut, menurut kajian Evi Sofiyah, hal tersebut tidak akan memecahkan masalah Jakarta dari genangan air.
Berita di atas kemudian mendapat ralat dari Evi Sofiyah yang mengatakan bahwa sebagian wilayah Jakarta akan tergenang satu meter di atas tanggul raksasa yang rencananya akan dibangun oleh pemerintah DKI Jakarta.
Data yang dia sampaikan dalam diskusi ilmiah itu dikutipnya dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti asal Belanda, JanJaap Brinkman (Deltares) dan Marco Hartman (HKV consultants) yang dipublikasikan tahun 2008. Disebutkan kembali, fenomena siklus gelombang bulan ini terakhir kali terjadi bulan November 2007 dimana banjir menewaskan 18 orang dan 300.000 orang terkena dampaknya.
Menurut Evi, mengutip situs pemerintah Belanda, dinding raksasa yang dibangun nanti sepanjang 36 kilometer dan dibangun2 kilometer dari garis pantai, dan menurut keterangan dari Gubernur DKI sekarang Fauzi Bowo( pada wkatu menjabat), dinding itu akan selesai sekitar 15 sampai 20 tahun dari sekarang.
Namun, menurut Evi Sofiyah, pembuatan dinding raksasa ini tidak akan menyelesaikan masalah tergenangnya kota Jakarta, bila tidak disertai usaha lain. "Dinding raksasa itu menahan gelombang dari laut. Tetapi Jakarta juga mendapat banjir kiriman dari belakang dan juga menurunnya permukaan tanah dari tahun ke tahun. Jadi kalau tidak ada upaya yang lebih sinergis untuk mengatasi masalah ini, persoalannya tidak akan terselesaikan." kata Evi Sofiyah.