Follow Us

Farel Prayoga Nyanyikan Ojo Dibandingke di Istana Merdeka, Dosen Unair Sebut Ada Pergeseran Selera Musik

Tanya Audriatika - Jumat, 26 Agustus 2022 | 09:35
Penyanyi cilik Farel Prayoga, yang tampil menyanyikan lagu ‘Ojo Dibandingke’ di Istana Merdeka pada upacara HUT RI ke-77 lalu.
Sekretariat Presiden

Penyanyi cilik Farel Prayoga, yang tampil menyanyikan lagu ‘Ojo Dibandingke’ di Istana Merdeka pada upacara HUT RI ke-77 lalu.

HAI-Online.com - Penyanyi cilik Farel Prayoga jadi sorotan publik setelah tampil menyanyikan lagu Ojo Dibandingke di Istana Merdeka pada upacara HUT RI ke-77.

Dosen Unair, Kukuh Yudha Karnanta SS MA mengungkapkan, hal tersebut nampak jelas terlihat adanya pergeseran cara publik dalam menikmati musik.

Menurutnya, musik berirama dangdut berbahasa Jawa awalnya identik dinikmati masyarakat kelas pekerja di daerah rural (pedesaan) dan suburban (pinggiran kota).

“Namun, kini juga hadir di depan masyarakat kelas atas atau pemerintahan, bahkan di situasi resmi, upacara kenegaraan, dan ternyata diapresiasi,” jelasnya dikutip dari laman Unair, Jumat (25/8/2022).

Hal ini terbukti dengan banyaknya orang yang berjoget, farel prayoga bikin ambyar satu istana negara.

Baca Juga: Farel Prayoga 'Ojo Dibandingke' Didapuk Jadi Duta Kekayaan Intelektual

Bagi Kukuh, upacara peringatan proklamasi dulunya identik dengan kesakralan, khidmat, dan mengharukan. Seiring waktu juga dapat bergeser menjadi fun, ceria, dan berjoget.

“Merdeka bukan lagi soal gerakan kebangsaan, tetapi kita juga gerak joget keceriaan,” imbuhnya.

Menurut Kukuh, salah satu faktor pergeseran selera musik ini disebabkan dangdut yang nggak sebatas irama melayu dan berbahasa Indonesia.Akan tetapi, irama campursari dan bahasa Jawa Matraman.

Meski demikian, hal-hal yang lokal itu justru bisa diterima di level nasional.

Dalam hal ini, Kukuh berpendapat, meski produksi lagu anak nggak seramai tahun 80 dan 90-an, setiap orang sejatinya punya kemampuan filter dan preferensi karya atau lagu apa yang layak dikonsumsi baik untuk dirinya maupun di ruang publik.

“Pendidikan literasi media dan seni menjadi kebutuhan untuk mengakselerasi kemampuan filter tersebut. Fenomena Farel dapat menjadi momentum semua pihak untuk memikirkan bagaimana anak-anak, seni musik, dan media dapat menjadi sesuatu yang edukatif,” pungkasnya. (*)

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest