HAI-ONLINE.com - Paduan suara Batavia Madrigal Singers (BMS), saat ini tengah merayakan 26 tahun berkarya yang juga dirayakan dengan berhasil menjuarai 31st European Grand Prix for Choral Singing (EGP) 2022 yang digelar di Grand Theatre kota Tours, Perancis.
Nyatanya, kemenangannya itu merupakan kedua kalinya paduan suara dari The Resonanz Music Studio dengan pimpinan mastro Avip Priatna memenangkan gelar juara European Grand Prix.
“Saya mewakili BMS mengucapkan syukur kepada Tuhan YME dan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berpartisipasi mempersiapkan kami sehingga menjadi juara di 31st European Grand Prix for Choral Singing (EGP) 2022 ini. Kami sangat bangga dan tentunya bahagia sekali, walaupun pertandingan ini sempat ditunda 2 tahun karena adanya pandemi COVID-19,” pungkas Avip Priatna, pendiri dan direktur BMS.
Hal ini tentu saja menjadi kebanggaan karena European Grand Prix for Choral Singing merupakan kompetisi paduan suara tertua di dunia yang mempertandingkan para pemenang juara umum dari enam kompetisi paling bergengsi di Eropa.
Bukan untuk pertama kalinya, BMS juga sudah berhasil menjadi juara umum dalam kompetisi Certamen Coral de Tolosa di Spanyol. Dalam kompetisi yang sama, BMS juga berhasil meraih dua gelar Juara I dalam kategori Polyphony, kategori Basque and Popular Music, serta memperoleh penghargaan Audience Choice Award (Favorit Penonton).
Kejuaraan yang telah diraih BMS ini menjadi salah satu alasan BMS dapat tampil pada ajang paduan suara internasional yang prestisius ini.
Melalui kegiatan EGP tahun ini, para finalis EGP harus mempersiapkan program penampilan secara bebas dengan durasi waktu 22 - 26 menit dan melibatkan karya dari 3 zaman yang berbeda lho!
Menanggapi hal tersebut, BMS pun memperkuat timnya dengan 44 orang penyanyi dan 1 pianis yang di dikonduktori oleh maestro Avip Priatna dengan membawakan enam buah karya.
Ada Paroles Contre L’oubli karya Thierry Machuel, Deus in Auditorium Meum Intende karya Juan Gutiérrez de Padilla, Love’s Tempest karya Edward Elgar, Stabat Mater karya József Karai, Der Frühlingswind karya Toyotaka Tsuchida, dan Hentakan Jiwa karya Ken Steven.
“Setelah pertandingan ini, BMS tetap akan selalu memberikan performa-performa terbaiknya, bukan saja di setiap pertunjukan, tetapi juga membawa nama harum Indonesia di setiap kompetisi ternama Internasional yang kami ikuti”, tutup Avip Priatna.
(ariella kinari)