HAI-ONLINE.com - Dua mahasiswa Universitas Brawijaya (UB), Ashab Alkahfi dan Tubagus Syailendra masuk dalam Forbes Indonesia 30 Under 30 lantaran startup agriculture-nya, “Chickin” telah diunduh ribuan peternak ayam di Indonesia.
Melalui IoT & AI Chickin keduanya membantu meningkatkan produktivitas peternak hingga 25 persen lebih tinggi. Manfaat tersebut dirasakan salah satu peternak, Yudi.
Ia mengatakan, Chickin Apps sangat membantu dalam pengelolaan atau manajemen pemeliharaan ternak.
Baca Juga: Mahasiswa Unair Buat Inovasi, Sulap Vespa Klasik Jadi Motor Listrik!
“Apabila dilakukan dengan SOP yang ketat, sistem pemeliharaan akan efisien untuk pakan, mortalitas bisa ditekan dengan cara pencegahan dan pengobatan yang presisi,” kata Yudi yang juga merupakan anggota komunitas peternak, seperti dilansir dari laman UB melalui Kompas.com, Jumat (18/03/2022).
Chickin Indonesia (Chickin) dibangun Ashab Alkahfi (Agroekoteknologi FP) sebagai President, Tubagus Syailendra (Hubungan Internasional FISIP) sebagai CEO, dan Ahmad Syaifullah (Sistem Informasi FILKOM) sebagai Chief Technology Officer.
Chickin mencatat pertumbuhan bisnis 22 kali dalam 10 bulan terakhir dan juga telah menutup putaran pendanaan seed round sebesar Rp 35 miliar dengan 3 investor global. Mereka menargetkan peningkatan omzet sebesar Rp 500 miliar di akhir tahun 2022 dengan 10 juta ekor ayam yang diberdayakan setiap bulannya.
Baca Juga: Yuk Cobain 3 Tips Dapet Beasiswa ke Luar Negeri ala Dosen UB
Proyek pembuatan startup tersebut telah dimulai sejak mereka duduk di bangku kuliah semester dua.
“Awal kami riset dan development di daerah Klaten Jawa Tengah. Di sana kita jadi peternak, lalu membangun kandang dan mulai usaha ternak ayam sampai akhirnya ketemu banyak permasalahan yang dihadapi peternak lokal. Dari situ kita mencoba solve problem dengan menggunakan teknologi,” kata Ashab.
Ashab menambahkan melalui Chickin, peternak tidak perlu melakukan pengontrolan iklim kandang ayam secara manual.
“Peternak ayam bisa melakukan climate control dari rumah. Dengan teknologi ini, peternak bisa memasukkan data seperti sarana produksi peternak atau sapronak, data harian, dan data penjualan, sehingga performa lebih terukur dan dapat meminimalisir resiko melalu tindakan preventif”, katanya.