Kucing yang bahagia, misalnya, berjalan dengan ekornya terangkat tinggi, dan kucing yang sangat bahagia akan menambahkan getaran di ujung ekornya untuk menunjukkan kegembiraannya.
Sedangkan kucing yang agak kesal akan menggerakkan ujung ekornya, tetapi jika dia mencambuk ekornya ke depan dan ke belakang, sebaiknya kamu menjauh, karena cakarnya akan segera keluar.
Kucing yang berkonsentrasi pada mangsanya akan membuat ekornya terangkat rendah ke tanah, meskipun mungkin ada sedikit kedutan di akhir saat ia mencoba mengendalikan kegembiraannya.
Baca Juga: Ini 3 Alasan Kucing Suka Nungguin Kita di Depan Pintu Kamar Mandi
3. Cedera ekor kucing bisa bikin kerusakan permanen
Meskipun sumsum tulang belakang nggak memanjang sampai ke ekor kucing, cedera masih dapat menyebabkan kerusakan saraf yang serius.
Ketika sumsum tulang belakang berakhir, saraf yang membantu mengontrol dan memberikan sensasi pada ekor, kaki belakang, kandung kemih, usus besar, dan anus harus memanjang ke luar tanpa perlindungan tulang tulang belakang.
Menarik ekor kucing dapat meregangkan atau bahkan merobek saraf ini dan menyebabkan ketidakmampuan sementara (atau permanen) untuk berjalan, ketidakmampuan untuk menahan ekor tetap tegak, inkontinensia, atau nyeri kronis.
4. Kucing bisa hidup tanpa ekor
Meski seekor kucing yang ekornya diamputasi karena cedera, mereka akan beradaptasi dengan hal tersebut.
Bahkan hingga saat ini belum ada penelitian yang menyebut kucing yang terlahir tanpa ekor—kucing Mank misalnya, mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan “kekurangan” yang ia miliki.
Baca Juga: Jangan Sembarangan Naruh! Perhatikan 4 Benda yang Berbahaya bagi Kucing Ini