Follow Us

Ilmuwan Sebut Musik Mampu Menyinkronkan Gelombang Otak Manusia

Hanif Pandu Setiawan - Jumat, 07 Mei 2021 | 07:24
Ilustrasi mendengarkan musik
Pexels/bruce mars

Ilustrasi mendengarkan musik

HAI-Online.com – Saat seseorang mendengarkan musik, ia cenderung mengikuti suaranya dengan cermat. Namun apa sih yang membuat orang-orang tertarik dengan musik?

OtakBaca Juga: Duh Kok Gue Pelupa Sih? Ternyata Lupa Ada Manfaatnya Bagi Otak Kita Lho!

Sebuah studi oleh para peneliti dari The City College of New York dan University of Arkansas tahun 2019 lalu memetakan landasan baru dalam memahami respons saraf terhadap musik.

Terlepas dari pentingnya penelitian ini, selama ini mempelajari keterlibatan dalam musik dinilai sulit karena keterbatasan laporan mandirinya.

Hal ini membuat Jens Madsen dan Lucas Parra dari Sekolah Teknik Grove di CCNY untuk mengukur sinkronisasi gelombang otak yang dimiliki pendengar.

Saat pendengar terlibat dengan musik, respons saraf mereka selaras dengan pendengar lain, sehingga korelasi gelombang otak antar subjek adalah ukuran keterlibatan.

Baca Juga: Inilah Penjelasan Ilmiah Kenapa Bass Jadi Unsur Terpenting dalam Musik

Musik yang familiar cenderung turunkan minat pendengar

Menurut temuan mereka, yang diterbitkan dalam edisi terbaru ‘Scientific Reports’, keterlibatan pendengar menurun seiring pengulangan musik, tetapi hanya untuk bagian musik yang sudah dikenal.

Namun, gaya musik yang nggak dikenal dapat mempertahankan minat penonton, khususnya untuk individu yang udah pernah mengikuti pelatihan musik.

"Dari paparan berulang terhadap musik instrumental, korelasi antar subjek menurun untuk musik yang ditulis dengan gaya yang familiar," tulis Parra dan kolaboratornya dalam ‘Scientific Reports’, seperti dikutip Science Daily.

Selain itu, peserta dengan pelatihan musik formal menunjukkan lebih banyak korelasi antar-subjek, dan mempertahankannya di seluruh eksposur musik dalam gaya yang nggak dikenal. Ini membedakan musik dari domain lain, di mana minat turun dengan pengulangan.

"Yang sangat keren tentang ini, adalah dengan mengukur gelombang otak orang, kita dapat mempelajari bagaimana perasaan orang tentang musik dan apa yang membuatnya begitu istimewa," kata Madsen.

Baca Juga: Benarkah Orang-Orang Berhenti Dengerin Musik Baru di Usia 30-an?

Elizabeth Hellmuth Margulis dan Rhimmon Simchy-Gross, keduanya dari Universitas Arkansas, termasuk di antara peneliti lainnya. Studi ini melibatkan 60 mahasiswa pascasarjana dan sarjana dari City College of New York dan University of Arkansas. (*)

Source : Science Daily

Editor : Al Sobry

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest