Dia menempatkan meja makan di dekat pintu depan, satu-satunya tempat di rumah yang mendapat pencahayaan alami.
Di sana, di antara tumpukan buku dan buku catatan, dia berbincang dengan BBC di sela menunggu siswa yang diajarnya.
"Sepupu-sepupu saya nggak paham dengan PR mereka, mereka butuh bantuan. Saya bisa membantu mereka dan saya lakukan itu. Tapi kemudian banyak siswa lain yang mulai ikutan," katanya sambil membereskan PR-nya sendiri, yang sudah memasuki tenggat waktu untuk dikumpulkan.
Valeria tinggal bersama ibunya, saudara laki-laki dan lima orang lainnya di sebuah rumah kecil beratap seng di La Pedrera, sebuah permukiman di pinggiran Maracay berjarak hampir 100 kilometer sebelah barat Ibu Kota Caracas.
Pada satu kesempatan, dia telah menggaet 10 siswa, termasuk beberapa teman sekelasnya. Pada Desember kemarin, dia sempat mengaku kelelahan.
"Ada banyak yang harus dikerjakan, selain tugas-tugas saya sendiri, sehingga saya mehrada nggak sanggup nih, melanjutkannya. Tapi saya nghak boleh nyerah," ujarnya.
Lalu, Valeria memutuskan akan lebih baik untuk mengajari mereka satu per satu.
"Ini sulit sih, untuk mengajarkan mereka sekaligus. Jadi saya tanya ke mereka kapan PR mereka harus diselesaikan, dan mulai dengan mereka yang memiliki tenggat waktu paling dekat. Saya berusaha untuk membantu seorang anak tiap harinya, dan meluangkan waktu untuk PR saya sendiri," kata Valeria.
Meski kondisi mengajar di rumah Valeria cukup bising, namun nggak ada yang mampu mematahkan konsentrasinya mentransfer pemahaman belajar: ada ayam berkokok dan mematuk-matuk lantai tanah, anak-anak yang berlarian, keributan dari dapur saat ibu mempersiapkan makanan. Valeria tetap memberikan pelajarannya.