HAI-Online.com -Siapa yang nggak asing dengan nama lokalisasi terbesar di Asia Tenggara, bahkan lebih besar dari Patpong di Bangkok, Thailand atau Geylang di Singapura.
Dulu di kawasan ini terpampang nyata para wanita penghibur yang dijajakandalam dinding kaca mirip etalase.
Sempat menuai kontroversi antara warga dan juga pemerintah Surabaya yang pada saat itu, tahun 2014 adanya penutupan lokalisasi Dolly. Namun, warga setempat yang merasa kontra karena usahanya yang berada di sekitaran Dolly akan ikut terdampak dan nggak punya penghasilan lainnya.
Baca Juga: Libur Panjang Telah Tiba! Kuota Pendakian Gunung Gede Pangrango Diprediksi Aman
Dolly pun resmi ditutup tahun 2014 silam, saat Walikota Surabaya Tri Rismaharini mengumumkan secara terbuka di Islamic Center Surabaya.
Saat itulah cerita laki-laki berusia 40 tahun dimulai. Nasib nahas yang dideritanya saat ikut menyuarakan penolakan penutupan Dolly, karena merasa sangat dirugikan dan nggak dapet uang kompensasi seperti yang diterima oleh para PSK Dolly.
Pemilik nama lengkap Jarwo Susanto dulunya adalah pedagang kaki lima yang menjual aneka minuman alias warung kopi disekitaran gang Dolly.
Merasa sangat terdampak akhirnya Jarwo ikutan demo. Nggak diduga ternyata demo yang diikutinya berujung keos antar warga dan juga aparat di Jl. Dukuh Kupang Surabaya.
Sebagian pendemo ditangkap oleh pihak Kepolisian lalu dimintai keterangan, salah satunya adalah kakak Jarwo yang juga ikut diproses.
Pada saat yang sama, nama Jarwo ternyata jadi buronan Polisi yang dianggap terlibat dalam aksi demo tolak tutup Dolly.