Menurut tim ahli, kehadiran karbon di interior bintang mengubah evolusi bintang dalam satu cara penting.
Unsur dilucuti dari mantel bintang selama periode waktu yang lebih lama dan selama interval tersebut, inti bintang bakal jadi katai putih dapat terus mendapatkan massa.
Para ilmuwan menemukan kalo bintang-bintang yang lebih besar dari dua massa Matahari berkontribusi terhadap karbon di galaksi, sedangkan yang kurang dari 1,5 massa Matahari tidak.
Hal ini menempatkan kendala pada massa minimum bintang harus menyebarkan bahan kaya karbon ketika mati.
"Salah satu aspek yang paling menarik dari penelitian ini adalah bahwa hal itu berdampak pada usia katai putih untuk memahami sejarah pembentukan Bimasakti."Hubungan massa awal-akhir juga yang menentukan batas massa minimum untuk supernova," kata Dr Pier-Emmanuel Tremblay, rekan penulis penelitian dari Universitas Warwick.
Temuan ini memiliki konsekuensi di luar kimiawi kosmos. Ini juga memberi tahu para ilmuwan tentang usia bintang-bintang tersebut dan mengingat peran katai putih dalam studi kosmologis, hal ini akan memiliki dampak luas. (*)
Artikel ini pertama kali tayang di wartaekonomi.co.id dengan judul "Astronom Temukan Sumber Kehidupan Alam Semesta, Seperti Apa?"