Biasanya tempat itu penuh wisatawanyang biasa melototi para pekerja seks. Sementara kafe ganja adalah istilah tempat-tempat di Amsterdam yang tawarkan ganja untuk wisatawan. Biasanya, ganja ditawarkan dihisap bersama minuman keras.
Namun saat pandemi virus Corona, akhirnya nyerang negara itu, semua tempat-tempat itu tutup. Amsterdam sekarang kayak kota hantu, wisatawan yang saban bulannya berjumlah 1 juta wisatawan ini nggak ada lagi yang dateng.
Baca Juga: New Normal Versi Belanda, Partygoers Jogetnya Cuman Boleh di Kursi Doang
Jumlah wisatawan yang dateng itu emang melebihi populasi warga setempat di Amsterdam. Mengutip Bloomberg, Mascha ten Bruggencate, yang mimpin dewan distrik pusat Amsterdam mengatakan kondisi saat ini nunjukin sesungguhnya wajah kota.
"Itu menunjukkan betapa sedikit orang yang benar-benar tinggal di pusat itu dan betapa sedikitnya yang ditawarkan penduduk setempat. "Kita perlu mengubah itu," ujar Bruggencate.
Momentum penyebaran covid yang meluluhlantakan kota Amsterdam emang pengen dijadiin waktu yang tepat untuk ngerubah ibukota Belanda ini.
Kota-kota dan negara-negara di seluruh dunia juga lagi pelajari apa yang perlu mereka lakukan secara berbeda di era pasca-Covid19. Untuk Amsterdam, yang 19 juta wisatawan per tahunnya, hasilkan lebih dari 6 miliar euro atau sekitar US$ 6,8 miliar dalam pendapatan.
Walikota Amsterdam Femke Halsema nyusun rencana di akhir Mei untuk ngelakuin perubahan di kota yang dipimpinya itu.
Di antara langkah-langkah yang udah diberitahukan ke dewan setempat termasuk membeli properti dan membatasi izin untuk memastikan kalo kota tua itu nggak cuman dihiasi sama toko-toko yang jual cinderamata, ganja dan wafel yang disabuni Nutella.
Baca Juga: Capek Nagih Utang, Cowok Ini Ngerelain Uang Pinjaman Sohibnya Belasan Juta Rupiah
Namun, Amsterdam harus punya perusahaan tempat penduduk bisa kerja,rumahtempat mereka bisa dibangun toko dan outlet hidup dan grosir yang melayani mereka. Ini adalah pertama kalinya upaya semacam itu dilakukan.