“Mending fokus sembuh daripada tahu penyakitnya itu. Dari tim perawatnya tidak ngasih tahu (kalau positif corona). Mungkin khawatir terganggu psikisnya,” katanya.
Tak hanya orang tuanya, kata Rhesa, teman-temannya pun tidak ada yang memberi tahu dirinya positif covid-19. Namun, seluruh temannya mendukung untuk kesembuhannya.
“Kalau dari teman-teman mendukung. Teman-teman juga tidak memberi tahu, cuma nyemangatin. Jadi ketika saya ngasih tahu ke teman-teman, mereka sudah tahu,” katanya.
Rhesa mengatakan, dokter yang menanganinya memakai alat pelindung diri (APD) lengkap. Ibunya yang setiap hari menjenguknya hanya bisa melihat dari balik kaca.
Lebih lanjut, Rhesa menuturkan tidak tahu persis penyebab dirinya terjangkit Covid-19. Memang, dia sempat berinteraksi dengan pasien positif Covid-19 yang meninggal di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Namun, interaksi itu tidak dilakukan secara langsung.
Selain itu, Rhesa mengaku sempat berkunjung ke Surabaya untuk jalan-jalan sebelum mengalami gejala Covid-19 seperti demam tinggi dan radang tenggorokan.
“Kalau terjangkitnya di mana kurang tahu. Seminggu sebelum gejala pertama saya ke Surabaya, jalan-jalan,” katanya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Pasien Pertama di Malang yang Sembuh, Didukung Teman dan Tahu Positif Corona Setelah Pulang ke Rumah"