Follow Us

Hikikomori: Penyakit Mental Aneh, Penderitanya Mengisolasi Diri di Kamar Berbulan-bulan Tanpa Kontak Sosial

Alvin Bahar - Selasa, 17 Maret 2020 | 13:30
Pengidap Hikikomori enggan keluar kamar
HAI

Pengidap Hikikomori enggan keluar kamar

“Hikikomori jarang meninggalkan kamar dan rumahnya. Mereka terkunci di dalam dan membatasi interaksi dengan dunia maya. Ini dianggap sebagai penyakit kelas menengah karena hikikomori dari latar belakang seperti itu yang bisa mengandalkan dukungan keluarga mereka,” terang Jeff.

Berdasarkan statistik pemerintah Jepang, ada 541 ribu hikikomori berusia 15-39 tahun di sana. Namun, hasil ini nggak terlalu pasti sebab beberapa keluarga enggan melaporkan hikikomori di keluarga mereka.

Jepang berharap mereka bisa mengidentifikasi hikikomori yang berusia tua. Ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam mengurus hikikomori. Ketika hikikomori semakin tua dan orangtuanya nggak mampu lagi merawat, maka pertanyaan atas kelanjutan hidup mereka sangat penting.

Mulai muncul pada 1980-an

Dilansir dari The New York Times, para dokter mulai mengobservasi hikikomori sebagai fenomena sosial sekitar pertengahan 1980-an. Ini terjadi pada cowok muda yang menunjukkan tanda-tanda kelesuan, menolak berkomunikasi dan menghabiskan banyak waktunya di kamar.

Nggak ada alasan khusus mengapa orang-orang jadi hikikomori. Beberapa dari mereka, seperti Kyoko, menarik diri dari masyarakat karena merasa nggak tahu apa yang harus dilakukan dengan hidupnya. Juga nggak tahu cara menangani tekanan orang-orang di sekitarnya.

Menurut BBC, ada juga yang mengidap hikikomori karena kejadian buruk dalam hidupnya seperti nilai jelek atau patah hati.

“Hikikomori merasakan rasa malu yang mendalam karena mereka nggak mempunyai pekerjaan seperti orang normal. Mereka menganggap diri mereka nggak berharga dan nggak layak untuk kebahagiaan. Hampir semua hikikomori merasa dikhianati oleh ekspektasi orangtuanya,” jelas Sekiguchi Hiroshi, psikiater di Jepang.

Tamaki Saito, salah satu peneliti hikikomori, mengatakan: “Mereka tersiksa dengan pikirannya sendiri. Hikikomori ingin merasakan dunia luar, mencari teman atau pacar, tapi mereka nggak bisa.”

Dampak ekonomi hikikomori

Karena hikikomori menolak berpartisipasi dalam masyarakat, terutama bekerja, ekonomi Jepang mengalami kesulitan.

“Mereka nggak berkontribusi pada pasar pekerja. Selain itu, karena mereka nggak mandiri, ketika dukungan dan tunjangan dari keluarga sudah nggak ada, hikikomori bergantung pada negara,” kata Jeff.

Dikutip dari Bloomberg, Shinzo Abe, Perdana Menteri Jepang, pada 2016, mengumumkan rencana untuk membangun pusat konseling dan staf pendukung untuk mengunjungi hikikomori di rumahnya. Dengan harapan, cara itu bisa meningkatkan semangat hikikomori untuk bekerja.

Namun, menurut Kageki Asakura, dekan Shure Universitas, itu hanya akan menambah tekanan pada hikikomori.

Editor : Hai





PROMOTED CONTENT

Latest