HAI-Online.com – Kelompok Penerbang Roket (KPR) berkibar dari gigs satu ke gigs lainnya. Materi yang mereka punya udah keren, tapi entah kenapa nggak banyak pensi yang niat mengundang mereka?
Kalo mendengar cerita KPR kepada HAI tahun 2016, katanya mereka pernah ngelakuin dosa? Gara-gara insiden di salah satu pensi di Jakarta, band ini jadi sempat di-blacklist sejumlah pensi.
Meski udah jadi salah satu band rock Indonesia yang berbahaya, KPR ini mau berubah. Mereka ngaku udah kapok bermain liar. Pasalnya, terkadang keliaran mereka lebih sering dicap rusuh oleh beberapa pihak. Padahal, keliaran di panggung itu hanyalah bentuk ekspresi.
Baca Juga: Final Konser Album, Frontman Ghost Ganti Persona Jadi Papa Emeritus IV
“Kalau menurut gua pribadi, sebenernya liarnya kami itu kayak sebuah ekspresi dan spontaitas kami dalam bermusik. Ada beberapa bagian musik yang harus kami ekspresikan.
“Bukan hanya dengan instrumen dan vokal, tetapi lewat sebuah tindakan spontan yang pada saat itu kita lakukan itu menjadi pelengkap di saat musik yang kami sajikan.
“Seperti pada saat gua nendang drum, Rey banting gitar, gua yakin bukan karena nunjukin gua rusuh dan bandel. Itu karena ada sebuah ekspresi yang mesti gua lakuin di saat momen ini karena pas waktunya,” ujar Viky, drummer KPR.
Dari perspektif lain, Viky memandang sesungguhnya ini persoalan budaya. Intinya, Indonesia belum bisa menerima ekspresi liar orang barat, yang pernah dimotori oleh sikap urakan TheWho di atas panggung sekitar tahun 70-an.
“Mereka (orang barat,RED) kan culture-nya liberal sekali. Kita kan orang timur dan punya budaya timur, jadi bermasalah banget. Kapoklah intinya,” imbuhnya lagi.
meski begitu,nuans amusik rock n roll tahun 70-an konsisten dibawakan KPR dalam setiap aksi panggungnya, termasuk dalam collabonation tour bertajuk “Meroket Bersama Compass” yang baru aja mereka selesaikan di m bloc, Jakarta pada Kamis (5/3/2020) ini.
Yang penting, jangan kapok meroket! (*)