Follow Us

4 Fakta Asmarani Dongku, Juara Lomba Lari 21 KM yang Menangis Karena Tak Ada Hadiah

Al Sobry - Jumat, 31 Januari 2020 | 14:17
Asmarani Dongku di rumah kediamannya bersama kedua orangtua.
Kompas.com

Asmarani Dongku di rumah kediamannya bersama kedua orangtua.

HAI-Online.com – Kabar Asmarani Dongku, siswa kelas VI SD di Poso yang baru memenangkan lomba lari Half marathon (21 Kilometer) menangis karena menyesal setelah garis finish dilaluinya, ia tahu bahwa tak ada hadiah yang diterima selain medali.

Viralnya kisah Asmarani yang mengungkapkan kekecewaannya kepada publik karena mengikuti lomba lari yang tidak ada hadiahnya itu membuat sebagian orang trenyuh.

Asmarani merupakan bocah SD yang mendapatkan juara 1 dalam lomba lari 21 kilometer yang digelar Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Tengah.

Baca Juga: Bocah SD Juara 1 Lomba Lari 21 KM Menangis: Kalo Tahu Gak Ada Hadiah, Saya Gak Akan Ikut!

Lomba tersebut digelar dalam rangka syukuran pekerjaan peningkatan jalan Kelurahan Lawangan-Toyado, pada Sabtu (25/1/2020) lalu dan diikuti oleh 40 peserta.

Asmarani menangis dan mengeluh capek saat tahu tak ada hadiah yang ia peroleh setelah dirinya berhasil mencapai garis finish.

"Saya menangis, capek dan tidak ada hadiahnya. Nanti di finish baru dibilang tidak ada hadiahnya," ujar sang bocah di Poso, Selasa (28/1/2020), seperti yang dikutip HAI dari Kompas.com.

Dari sepotong kisah ini ternyata ada beberapa fakta baru dari Asmarani Dongku, sehingga dengan mengumpulkan informasi dari beberapa sumber inilah fakta terbaru dari kejadian lomba lari tak berhadiah yang dialami bocah SD di Poso tersebut.

  1. Tak Ada hadiah karena Lari Komunitas
Kepala Dinas PU Sulteng Saifullah Djafar mengemukakan, lomba tersebut memang tidak berhadiah.

"Jadi sejak awal kita sudah sampaikan, acara ini tanpa hadiah dan gratis," kata Saifulla, Jumat (31/1/2020).

Asmarani Dongku

Asmarani Dongku

Lebih lanjut, lomba lari itu merupakan kegiatan rutin komunitas yang dilakukan setiap ada ruas jalan selesai dikerjakan. Biasanya mereka menggelar lari maraton.

"Sebetulnya ini hanya diikuti oleh komunitas lari kita sendiri, tapi karena ada komunitas lain yang mau bergabung, ya kita terima ikut serta. Sebagai tanda keikutsertaan, kita menyiapkan medali. Untuk anggota komunitas yang mendaftar tidak dipungut bayaran," jelas Saifullah.

Baca Juga: Jajal Pakaian Hasil Sumbangan, Ini 8 Potret Keseruan Pengungsi Erupsi Gunung Taal

  1. Ternyata Nggak Juara
Pengakuan Asamarani soal dirinya menjadi juara pertama disanggah oleh pelari lain yang ikut serta dalam acara tersebut, yaitu Nurlina (35).

Nurlina merupakan peserta pertama yang tiba di garis finish. Hal itu diakuinya karena ada pengumuman dari panitia acara yang menyebutkan nama dirinya sebagai pelari wanita pertama yang tembus garis finish.

“Dari pengumumannya, saya adalah cewek pertama yang tiba di finis terakhir dan dipasangkan pita,” kata Nurlina kepada PaluPoso, Kamis (30/1/2020).

  1. Tak Ada Catatan Waktu Berlari HM
Sayangnya pengakuan Nurlita dan Asmarani DOngku sampai saat ini tak didukung oleh adanya catatan waktu yang diraih keduanya setelah berlari 21 Kilometer.

“Kata panitia ada yang sampai pertama tetapi naik motor makanya tidak dipasangkan pita dan saya nomor 125 yang diumumkan sampai di garis finis pertama,” kata Nurlina, hanya bukti itu yang dilontarkan.

  1. Nggak Menang tetap Dapat Sumbangan
Kisah Asmarani yang berlari 21 kilometer dan tak mendapatkan hadiah menuai simpati masyarakat.

Beberapa kalangan datang memberikan bantuan kepada gadis tersebut.

Antara lain, Komunitas Pecinta Lari (Runners Club) Poso yang memberi uang tunai dan kaus bertulis 'Runners Poso'.

Bantuan juga datang dari seorang warga Salatiga. Ayah Asmarani, Alfrianus Ndongku membenarkan hal tersebut.

"Tadi barusan sekitar jam dua siang dari Runners Poso dan Tolitoli datang ke rumah kasih hadiah. Kemudian, ini ibu lagi minta rekening, katanya dari Salatiga," jelasnya.

(*)

Editor : Al Sobry

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest