HAI-Online.com - Beberapa hari belakangan, pengguna Twitter tengah ramai mengkritik aksi penggalangan dana oleh Rumah Zakat di situs Kitabisa.com, dengan tujuan mewujudkan mimpi lulusan sekolah negeri Kota Madiun bernama Novi yang ingin melanjutkan kuliah di luar negeri.
Menurut pendapat sobat Twitter, penggalangan dana yang dilakukan oleh Novi kurang pantas untuk dilakukan, apalagi universitas pilihannya di Turki memiliki ranking yang jauh berada di bawah kampus-kampus dalam negeri.
Gw bedah aja deh ini. Campaign aneh yg memaksakan. KENAPA? karena anaknya udah 2 taun berturut mau kuliah ptn ga tembus, alih2 dia nyari kampus yg sesuai kemampuan tp malah ngebet keluar negeri jalur mandiri dengan biaya yang mura bgt. A thread ~~~ https://t.co/smXiqyIOrpMelihat fenomena tersebut, sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Drajat Tri Kartono menilai bahwa apa yang terjadi di medsos bersifat hyper realitas, yaitu realitas yang dibangun berdasarkan image.— NAMAKU YAKULT (@goyobodkaleng) 5 November 2019
"Masuk ke dalam dunia maya yang tidak ada batasnya, maka semua orang berhak mengadili, memberi komen. Itulah yang disebut dengan emosi kolektif yang dibangun di dunia maya yang sifatnya begitu," terang Drajat seperti dikutip HAI dari Kompas.com
Baca Juga: Agnez Mo Jadi Artis Indonesia Kedua yang Dibuatkan Patung Lilin di Madame Tussauds Singapura
Daripada membanjiri Novi dengan hujatan, Drajat mengharapkan netizen bisa memberi arahan ke Novi supaya nggak salah langkah.
"Sekolah itu niat baik, ke luar negeri membutuhkan keberanian dan tekat. Justru netizen harusnya mengarahkan dan memberitahu bahwa rangking universitas itu rendah. Ya wajar kan dia masih SMA. Apa dia berpikir sejauh itu," ujarnya menambahkan.
Lebih lanjut, Drajat menyarankan orang-orang yang mengetahui bahwa kuliah di luar negeri bisa melalui jalur beasiswa untuk memberitahu Novi secara langsung.
"Ada yang berkomentar tentang biaya kuliah yang mahal, tapi di sana sebenarnya kan bisa gratis. Si anak ini kan enggak tahu bagaimana untuk mendapatkan gratis dan sebagainya. Makanya dia dibantu, diarahkan," pinta Drajat.
Bener juga sih sob. Daripada menghujat, yuk kita bantu arahkan Novi supaya nggak salah arah dalam menentukan tempat kuliahnya. (*)