Meski banyak para milenial mulai menggemari Didi Kempot dan lagu-lagunya, Syifa menilai mereka bukan penggemar musiman yang hanya bertahan dalam waktu singkat dan ikut-ikutan trend.
"Bisa jadi memang karena viral, kemudian anak-anak muda menemukan sensasi unik dari karya-karya Didi Kempot. Bisa dikatakan, ini rasa lama yang fresh kembali di antara lagu-lagu patah hati yang itu-itu saja," ujar Syifa.
Selain itu, sebuah studi yang diterbitkan ilmuwan Jepang di Frontiers In Emotion Science (13/6/2013), juga mengungkap bahwa manusia cenderung senang mendengar lagu sedih seperti tembang Didi Kempot.
Baca Juga: Bakal Ngobam Bareng Didi Kempot, Gofar Hilman: Gue Mau Ikut Andil Menjaga Aset Budaya
Perasaan senang dan damai setelah mendengar lagu sedih adalah hal wajar karena sesekali kita ingin ikut merasakan emosi sedih dengan mendengar lagu sedih. Ketika harapan itu tercapai, kemudian kita merasa puas dan senang.
Ada perasaan-perasaan ambigu yang membuat lagu sedih dengan bahasa apapun nyaman untuk dinikmati.
Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Dari Kacamata Psikolog, Sobat Ambyar Didi Kempot Bukan Fans Musiman."