Follow Us

Liga Kompas Kacang Garuda U-14 - Ujian Mental di Penghujung Kompetisi

Bayu Galih Permana - Jumat, 15 Maret 2019 | 09:00
Pemain SSB ASIOP APACINTI, Sebastian Arighi (kiri) berebut bola dengan pemain SSB Pelita Jaya Muhammad Zidan Wibowo dalam laga lanjutan Liga Kompas Gramedia Kacang Garuda di Stadion Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (10/3/2019). Pertandingan berakhir imbang 1-1.  KOMPAS/AGUS SUSANTO (AGS) 10-03-2019
Kompas Nasional

Pemain SSB ASIOP APACINTI, Sebastian Arighi (kiri) berebut bola dengan pemain SSB Pelita Jaya Muhammad Zidan Wibowo dalam laga lanjutan Liga Kompas Gramedia Kacang Garuda di Stadion Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (10/3/2019). Pertandingan berakhir imbang 1-1. KOMPAS/AGUS SUSANTO (AGS) 10-03-2019

HAI-Online.com - Persaingan sengit di papan atas klasemen sementara Liga Kompas Kacang Garuda U-14 menuntut kesiapan mental pemain. Apalagi, kompetisi saat ini tinggal menyisakan dua pertandingan aja.

Nggak hanya berkutat soal kecakapan teknik, strategi, dan keterampilan olah bola. Para pemain juga dituntut untuk memiliki mental baja dalam menghadapi tekanan-tekanan yang ada di sisa musim kompetisi.

Perubahan pimpinan klasemen sementara Liga Kompas terjadi pada pekan ke-28. Sekolah Sepak Bola (SSB) Bina Taruna berhasil mengambil alih posisi SSB Salfas Soccer di tangga teratas, Minggu (10/3).

Bermain di lapangan GOR Ciracas Jakarta Timur, Salfas Soccer nggak mampu mempertahankan puncak klasemen seusai mengalami kekalahan 0-1 dari Benteng Muda IFA. Gol semata wayang dari Benteng IFA sendiri dicetak oleh Fachrial Samdra.

Baca Juga : Cerita Tania, Siswa SMAN 4 Surakarta Yang Terpilih 'Gantikan' Sri Mulyani jadi Menkeu Selama Sehari

Pelatih Salfas Soccer Irwan Salam mengatakan, anak asuhnya seperti kehilangan semangat bertanding. Permainan kolektif yang menjadi ciri khas Salfas Soccer selama ini bahkan nggak terlihat dalam pertandingan melawan Benteng Muda.

”Semangat juang mereka hilang. Saya sudah mencoba menaikkan moral pemain dengan melakukan pergantian, tetapi tidak berhasil,” kata Irwan.

Kondisi tersebut memudahkan Benteng Muda menekan para pemain Salfas Soccer. Terbukti, mereka lebih mampu mendominasi pertandingan melaui tusukan-tusukan pemain sayap dan gelandang.

Gelandang Salfas Soccer, Rendy Apriyansyah, mengakui bahwa dia dan rekan setimnya bermain di bawah tekanan hebat. Keharusan tampil tanpa cela demi mempertahankan puncak klasemen hingga pengujung Liga Kompas membuat pemain merasa sedikit terbebani.

Besarnya tekanan membuat pemain sulit menampilkan performa terbaiknya. Hasilnya, kondisi tersebut akhirnya malah menjadi bumerang bagi mereka.

Baca Juga : Video: Reaksi David Beckham Ketika Dikerjai dengan Patung yang (Nggak) Mirip Dirinya

Editor : Rizki Ramadan

Baca Lainnya

Latest