Mereka juga meminta para partisipan buat ngelakukan berbagai tugas yang mengukur kemampuan musik mereka, termasuk mengingat melodi dan memilih ritme.
Hasilnya orang-orang yang mendapatkan skor keterbukaan yang tinggi, cenderung punya daya imajinasi, punya beragam minat, dan terbuka dengan cara berpikir baru dan relatif gamang menerima perubahan.
Sedangkan orang-orang yang mendapat skor keterbukaan yang rendah, cenderung menyukai pola, lebih suka diatur, suka hal-hal rutin, dan menganut nilai-nilai hidup yang konvensional.
Lebih jauh lagi, orang-orang yang memiliki sifat ekstrovert cenderung lebih suka bicara, menyukai hal-hal baru, dan punya kepercayaan diri bernyanyi yang luar biasa, lho.
Terapi Musik
Temuan baru ini ngasih kesimpulan dari selera dan kemampuan musik seseorang, bisa nentuin berbagai informasi tentang kepribadian mereka dan cara mereka berpikir.
Penelitian ini nunjukin ada faktor-faktor di luar kesadaran yang membentuk pengalaman para penikmat musik. Penelitian ini juga bisa berguna untuk membantu para guru, orang tua, dan dokter.
Berdasarkan informasi tentang kepribadian, pendidik dapat memastikan bahwa anak-anak dengan potensi bakat musik harus dikasih kesempatan untuk belajar alat musik.
Terapis musik juga bisa ngasih informasi tentang gaya berpikir untuk membantu menyesuaikan terapi mereka untuk klien juga.
Lebih jauh lagi, ditemukan fakta bahwa anak-anak yang mengalami pengalaman traumatis saat kecil namun sering terlibat pengalaman musik aktif (menyanyi atau bermain musik) memiliki sifat yang lebih dewasa dibanding anak-anak yang tidak mengalami pengalaman trauma.