HAI-Online.com – Camel nggak menyangka, seorang teman baiknya, sebut saja Ivanka (bukan nama sebenarnya), tiba-tiba mengaku terjangkit HIV. Sebagai teman, Camel tentu ikut merasa kaget, sedih sekaligus bingung juga harus berbuat apa?
Nggak bisa dipungkiri, kekhawatiran melanda Camel. Bukan karena takut tertular. Ia khawatir Ivanka merasa terpojok, sendirian, dan ngerasa nggak punya siapa-siapa lagi. Apalagi teman sekolahnya itu juga mengaku saat ini ia belum sanggup membuka statusnya pada keluarga. Kalau bukan Camel yang kuat, terus siapa lagi?
“Aku sempet nangis. Kaget,” katanya nggak menyangka penyakit mematikan itu justru menyerang teman yang sepengetahuannya nggak melakukan aktivitas berisiko HIV.
Dilihat dari pergaulannya, pergaulan Ivanka menurut Camel termasuk aman. Ivanka emang pacaran, tapi nggak pernah gonta-ganti.
“Selain anaknya berpendidikan dan (agak) tertutup, anak ini nggak pernah ganti-ganti pasangan. Dia hetero. Dia cuma sama satu orang doang,” jelasnya lagi kepada HAI.
Yang Camel takutkan terbukti, Ivanka jadi takut sama stigma orang-orang yang seakan siap menerkam emosinya yang sedang labil waktu itu dengan hinaan, cacian bahkan dikucilkan dalam pergaulan.
“Makanya dia cari-cari kegiatan di luar (negeri), jadi dia sekarang survive di sana (Singapura.red) untuk bertahan hidup dengan ODHA lainnya,” terang Camel lagi.
Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) mengaku dirinya terjangkit itu perlu diberi respek dan dirangkul. Apalagi remaja, biar nggak kena stigma, hinaan, bahkan risiko diskriminasi_yang dialami banyak ODHA di Indonesia, membuat kebanyakan mereka memilih diam sementara virus terus menggerogoti kesehatannya.
Lantas, darimana para remaja ODHA ini bisa mendapatkan kekuatan untuk tetap menjalankan aktivitas kehidupannya jika bukan dari orang-orang terdekat, seperti teman atau pacar misalnya?
Baca Juga : Malu Tanya-Tanya Seputar HIV/AIDS? Ngobrol Sama Chat Bot Marlo Deh!
Banyak ODHA Remaja di Sekeliling Kita
Faktanya, HIV dimana-mana, nggak terkecuali di lingkungan kita, bisa jadi sebenarnya ada satu dua teman kita yang berstatus ODHA, meski mereka masih diam. Kita nggak perlu menanyakan secara detail bagaimana penyakit itu bisa menjangkitnya, karena bisa jadi mereka justru ngerasa terganggu kalau diminta cerita.