HAI-Online.com - Sering eksperimen waktu bikin lagu, nggak jarang warna lagu Reality Club pun beragam.
Disinggung soal hal tersebut, Fathia Izzati akui bahwa ketika bikin musik, mereka nggak mikirin bagaimana caranya bikin lagunya viral.
“Ketika sebagai band kita bikin musik, kita jujur aja, maaf ya Andre dan teman-teman label, kita tuh nggak pernah mikirin ke-viralan atau what people want. Karena kita mau sekreatif mungkin aja menuangkan ide-ide yang liar. Dan ini hasilnya,” ungkapnya.
Di sisi lain, cewek yang akrab disapa Chia ini mengungkapkan, “Kalau misalnya mungkin kita tau Anything You Want ternyata gini ya formulanya. Begini ya bikin lagu tentang cinta dengan chord yang simple, tapi kita bikin musik nggak kayak gitu.”
Ia menyebut Chia dan kawan-kawannya selalu bikin lagu dari hati, dengan perasaan.
Baca Juga: Reality Club Suguhkan Era Wild West Lewat Dancing In The Breeze Alone
“Album ke-3 ini yang nanti bakal rilis bukan karena kita ngerasa udah achieve something sih, tapi lebih kepada sebagai musisi kiya rasa kita harus maju terus. Makanya kita pengen nyobain hal-hal yang eksperimental,” ungkapnya.
Faiz menambahkan, kalau lo mengamati dari awal karier Reality Club, hal-hal seperti eksperimen lagu, perubahan warna lagu itu nggak bakal bikin kaget, karena mereka sering melakukan hal tersebut.
“Mini scale nya ini ya Telenovia gitu dan itu pertama kali masukin strings. Atau shock factor nya ini juga udah ada pas kita rilis SSR, yang tiba-tiba kayak ‘kok Reality Club kayak .Feast’ gitu, ya jadi rock,” ujarnya sambil tertawa.
“Semua akan .Feast pada waktunya,” imbuhnya yang disambut gelak tawa.
Faiz menyebut proses ketika bikin lagu ini pasti berangkat dari suatu tema, ide, yang kemudian mereka sajikan dengan segala sesuatu yang mereka tau atau sudah pelajari.
“Makanya itu kenapa kalian dapet super gaspol cowboy song. Karena berangkat dari ide dan tema cowboy, habis itu kita udah deserve the song,” ungkapnya.