Penulis: Marcella Anggita Putri Maharani
Mahasiswa Aktif Universitas Pembangunan Jaya Program Studi Desain Produk
HAI-ONLINE.COM - Internet beberapa waktu lalu dihebohkan dengan maraknya isu mengenai Ventela yang dianggap menjiplak brand sepatu kekinian yang bernama Vans.
Sebelum membahasnya lebih lanjut, apakah kalian tahu dari mana asal Ventela dan Vans sebenarnya?
Ventela merupakan salah satu brand sepatu asal Indonesia yang diperkenalkan oleh William Ventela pada tahun 2017 di Kota Bandung. Produk-produk yang dikeluarkan oleh Ventela pun memiliki harga yang relatif murah dengan kualitas yang bagus.
Ventela sendiri sudah mengeluarkan beberapa model seperti low sneakers, hi-top sneakers, slip-on, dan sebagainya.
Namun, ternyata produk dari Ventela ini mengundang konflik dengan brand asal Amerika Serikat, Vans.
Produk Sepatu dari Ventela Dianggap Menjiplak Vans? Kok Bisa?
Berawal dari kecurigaan para penggemar sepatu terhadap produk sepatu dari Ventela yang mengeluarkan desain sepatu dengan stripe di samping sepatu yang mirip dengan garis ikonik Vans.Terkenal dengan model sepatu Old Skool yang memiliki 'jazz stripe' yang merupakan garis khas dari Vans, netizen merasa model dari produk yang diproduksinya telah ditiru oleh brand asal Indonesia ini.
Baca Juga: Vans ‘THIS IS THE SK8-HI’: Merayakan Sneakers Klasik Jagoannya Anak Skate
Kecurigaan mulai meningkat setelah Ventela mengeluarkan serial Ventela Retro yang dianggap sangat mirip dengan Vans Old Skool. Para netizen pun makin yakin bahwa Ventela benar-benar meniru produk dari brand asal Amerika Serikat ini.
Bahkan Vans meminta semua foto sepatu yang dianggap meniru produk mereka dihapus dari Instagram. Tidak hanya postingan dari Instagram resmi Ventela saja yang dihapus, tetapi para reseller juga terkena dampaknya.
Para reseller diimbau untuk menghapus sementara postingannya yang berisi produk dari Ventela agar akunnya tidak ditutup.
Ventela mulai merespons berbagai tudingan tersebut melalui akun Instagram resminya. Ventela mengatakan bahwa desain yang mereka keluarkan sudah didaftarkan secara resmi ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (HAKI) Kementerian Hukum dan HAM.
Ventela meminta para resellernya untuk tidak khawatir karena mereka tidak merasa jika mereka melanggar hukum. Ventela juga menganggap jika memiliki kemiripan desain menjadi hal yang lumrah dalam dunia bisnis kreatif.
Selain Vans, ternyata Ventela juga pernah dituduh karena meniru desain sepatu Converse, salah satunya adalah sepatu kolaborasi antara Converse dan Comme des Garçons yang kemiripannya terlihat sangat mencolok.
Bahkan, logo di sepatu Ventela Back to 70s juga memiliki kemiripan dengan logo di sepatu Converse 70s. Hal tersebut membuat produk lokal yang sedang naik daun ini menjadi perbincangan terus menerus di sosial media terkait plagiat desain sepatu.
Vans memang terkenal dengan brand yang aktif dalam menjaga desain sepatu. Bukan cuma Ventela yang pernah kena semprot brand asal Amerika Serikat tersebut.
Tahun 2008 silam, Vans menuntut Skechers karena diduga meniru desain Vans Checkerboard Slip-On.
Namun saat di pengadilan, Skechers berhasil memenangkan gugatan dengan pernyataan bahwa desain papan catur tersebut juga banyak digunakan oleh brand lainnya.
Setiap konsumen pastinya ingin menggunakan sebuah produk yang memiliki kualitas yang terbaik dengan harga yang masih terjangkau. Hal tersebut membuat banyak brand mengeluarkan produk yang hampir mirip dengan produk dari brand lain dengan harga yang lebih murah agar tidak hanya kalangan atas saja yang dapat menggunakan barang-barang branded, melainkan siapapun dapat menggunakannya.
Sama halnya dengan kasus Ventela dan Vans ini. Ada yang berpendapat bahwa produk dari Ventela ini bukanlah produk jiplakan, melainkan produk knock-off atau produk tiruan yang mirip dengan produk aslinya, tetapi tidak identik. Kemiripan tersebut dapat terjadi pada nama, bentuk, atau makna dengan produk yang sudah dikenal luas di pasar (Lai & Zaichkowsky, 1999 dalam Ciangga, 2013).
Menurut Hanif (2013:13), desain produk didefinisikan sebagai bagian dari proses dan pengembangan dalam sistem yang terintegrasi dengan banyak bidang keilmuan yang lain. Pada proses desain berkontribusi dalam styling, menciptakan bentuk serta perasaan yang ditimbulkan oleh produk dalam interaksinya dengan pengguna.
Pada proses development, hasil dari komunikasi dan koordinasi untuk membuat, mencoba, memodifikasi dan mematangkan desain hingga benar-benar siap untuk diluncurkan. Kotler dan Amstrong (2008:274) juga mengatakan bahwa desain dalam kegiatan pemasaran merupakan salah satu pembentuk daya tarik terhadap suatu produk.
Desain dapat membentuk atau memberikan atribut pada suatu produk sehingga dapat menjadi ciri khas pada merek suatu produk. Ciri khas dari suatu produk tersebut pada akhirnya akan dapat membedakannya dengan produk-produk sejenis merek lain dari pesaing. Setiap produk yang akan diproduksinya pastinya harus didaftarkan terlebih dahulu ke pihak yang berwenang. Jika desain tersebut sudah berhasil diterbitkan, otomatis secara resmi desain tersebut telah disetujui oleh pihak berwenang.
Baca Juga: Terinspirasi dari Miro & Wujo, Vans Rilis Koleksi Year of The Rabbit
Lantas, metode seperti apa sih yang dibutuhkan dalam menciptakan suatu desain agar berbeda dari yang lain?
Kalian pastinya memiliki pendapat masing-masing mengenai kasus ini. Perlu ditekankan lagi, dengan adanya istilah knock-off bukan berarti menjadi tameng kalian para pebisnis untuk bisa meniru karya orang lain.Menurut penulis, dalam membuat suatu produk, desain yang dibuat harus memiliki keunikan dan ciri khas yang berbeda dari produk lain agar produk yang kalian buat dapat menjadi produk orisinal. Dalam menciptakan suatu desain, diperlukan sebuah metode, yaitu metode ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi).
Perlu kalian ingat, setelah kalian amati dan tiru produk lain, modifikasi itu penting dalam sebuah produk agar kalian dapat menciptakan produk yang berbeda dari produk lainnya.
Jadi gimana menurut kalian? Apakah Ventela benar-benar meniru produk dari Vans?